Jumat, 04 Oktober 2013

Wanita Premenoupause

Kata “Menopause” terdiri dari dua kata yang berasal dari kata Yunani yang berarti “Bulan” dan “Penghentian sementara” yang lebih tepat disebut dengan “Monocease”. Secara medis istilah menopause berarti “monocease” karena berdasarkan defenisinya maka menopause itu berarti berhentinya masa menstruasi (Proverawati, 2010).
Premenopause seringkali mempunyai dua pengertian yaitu satu atau dua tahun segera sebelum menopause atau pada semua periode reproduktif sebelum menopause. Kelompok WHO merekomendasikan bahwa terminologi digunakan secara konsisten selanjutnya untuk pedoman seluruh periode reproduktif sampai periode haid terakhir. Definisi premenopause, sebagai permulaan transisi klimakterik, yang mulai beberapa (2-5) tahun sebelum menopause (Proverawati, 2010).
Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi (Proverawati, 2010).
Premenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas (Siswono, 2004).
Menurut Purwantyastuti (2005) dalam Gelbina (2008), wanita yang mendekati menopause, produksi hormon estrogen, hormon progesterone dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur, sedikit dengan jarak yang panjang. Menopause berhubungan dengan perubahan hormonal sehingga wanita mengalami perubahan status fisik dan emosional
Ketika terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada tiap orang, meskipun demikian, dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala premenopause merupakan suatu gejala yang biasa disebut sindrom menopause (Kuncoro, 2002). Yang meliputi; ketidak teraturan siklus haid, gejolak panas (Hot Flushes), keringat di malam hari (night sweat), kekeringan vagina (dryness vaginal), penurunan daya ingat, kurang tidur (insomnia), rasa cemas (depresi) (Gelbina, 2008).
                                             
1.    Fisiologi Premenopause
Purwantyastuti (2005), menyatakan bahwa wanita yang mendekati menopause, produksi hormon estrogen, hormon progesterone dan hormone seks lainnya mulai menurun.  Mackenzie (2002) menyatakan bahwa setiap bayi wanita yang baru lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum matang di dalam rahim, dan telur ini akan masak beberapa saat setelah haid pertama, demikian seterusnya sampai satu atau dua tahun sebelum menopause. Menjelang menopause, persediaan telur akan habis dan ini akan merupakan salah satu faktor pencetus menopause (Gelbina, 2008).
Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa folikel sel telur yang berada di indung telur akan menghilang, kejadian ini tidak akan sama pada setiap wanita dan akan terjadi diantara usia 45-55 tahun. Hal ini tidak terjadi secara mendadak tetapi akan berlangsung secara bertahap yaitu dari masa aktif menjadi tidak aktif lagi ketika wanita mulai memasuki usia menopause (Lestary, 2010).
Premenopause terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase siklus menstruasi yang juga memendek (Proverawati, 2010).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar