Kata “Menopause” terdiri dari
dua kata yang berasal dari kata Yunani yang berarti “Bulan” dan “Penghentian
sementara” yang lebih tepat disebut dengan “Monocease”. Secara medis
istilah menopause berarti “monocease” karena berdasarkan defenisinya
maka menopause itu berarti berhentinya masa menstruasi (Proverawati, 2010).
Premenopause seringkali mempunyai dua
pengertian yaitu satu atau dua tahun segera sebelum menopause atau pada semua
periode reproduktif sebelum menopause. Kelompok WHO merekomendasikan bahwa
terminologi digunakan secara konsisten selanjutnya untuk pedoman seluruh
periode reproduktif sampai periode haid terakhir. Definisi premenopause,
sebagai permulaan transisi klimakterik, yang mulai beberapa (2-5) tahun sebelum
menopause (Proverawati, 2010).
Sebagian besar wanita mulai mengalami
gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun
yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita sudah
tidak mengalami haid lagi (Proverawati, 2010).
Premenopause adalah kondisi
fisiologis pada wanita yang telah memasuki proses penuaan (eging) yang
ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen ovarium yang sangat berperan
dalam hal sexualitas. Premenopause sering menimpa wanita yang berusia menjelang
40 tahun ke atas (Siswono, 2004).
Menurut Purwantyastuti (2005) dalam
Gelbina (2008), wanita yang mendekati menopause, produksi hormon estrogen,
hormon progesterone dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini
menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur, sedikit dengan
jarak yang panjang. Menopause berhubungan dengan perubahan hormonal sehingga
wanita mengalami perubahan status fisik dan emosional
Ketika terjadi menopause akan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada tiap orang, meskipun demikian,
dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala premenopause merupakan suatu gejala yang
biasa disebut sindrom menopause (Kuncoro, 2002). Yang meliputi; ketidak teraturan
siklus haid, gejolak panas (Hot Flushes), keringat di malam hari (night
sweat), kekeringan vagina (dryness vaginal), penurunan daya ingat,
kurang tidur (insomnia), rasa cemas (depresi) (Gelbina, 2008).
1. Fisiologi Premenopause
Purwantyastuti (2005), menyatakan
bahwa wanita yang mendekati menopause, produksi hormon estrogen, hormon
progesterone dan hormone seks lainnya mulai menurun. Mackenzie (2002) menyatakan bahwa setiap bayi
wanita yang baru lahir dilengkapi dengan berjuta-juta telur yang belum matang di
dalam rahim, dan telur ini akan masak beberapa saat setelah haid pertama,
demikian seterusnya sampai satu atau dua tahun sebelum menopause. Menjelang
menopause, persediaan telur akan habis dan ini akan merupakan salah satu faktor
pencetus menopause (Gelbina, 2008).
Bersamaan dengan bertambahnya usia
seorang wanita, sisa-sisa folikel sel telur yang berada di indung telur akan
menghilang, kejadian ini tidak akan sama pada setiap wanita dan akan terjadi
diantara usia 45-55 tahun. Hal ini tidak terjadi secara mendadak tetapi akan
berlangsung secara bertahap yaitu dari masa aktif menjadi tidak aktif lagi
ketika wanita mulai memasuki usia menopause (Lestary, 2010).
Premenopause
terjadi secara fisiologis akibat hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium
terhadap stimulasi gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan
disfungsi folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika
siklus reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas
dan kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu
sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang ireguler.
Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler pada fase
siklus menstruasi yang juga memendek (Proverawati, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar