Pengetahuan
dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui (Kamus
Bahasa, 2005). Hal ini sama dengan pernyataan Suriasumatri (2003), bahwa
pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu.
Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil tahu setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba da rasa.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Sedangkan menurut Abdillah (2007), pengetahuan atau knowledge adalah suatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan
fikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan dan hubungan dengan
lingkungan dan alam sekitarnya.
Menurut
Notoatmodjo (2003), terdapat lima tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif yaitu:
a.
Tahu (Know)
Yang dimaksud tahu adalah mengingat
suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
paling rendah.
b.
Memahami (Comprehension)
Yang dimaksud memahami adalah suatu
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi dengan benar.
c.
Aplikasi (Application)
Yang dimaksud dengan aplikasi adalah
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan
kondisi riil (sebenarnya)
d.
Analisis (Analysis)
Yang dimaksud Analisis adalah suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek-objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
e.
Evaluasi (Evaluation)
Yang dimaksud dengan evaluasi adalah
suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi atau objek.
Ditinjau
dari sifat dan cara penerapannya maka pengetahuan, terdiri dari dua macam,
yaitu: declarative knowledge dan procedural knowledge. Pengetahuan deklaratif
adalah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis-normatif dan dapat dijelaskan
secara lisan atau verbal. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung
bersifat dinamis (Syah, 2003).
Berdasarkan
teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segenap apa yang kita
ketahui dan kemampuan mengenal serta mengingat kembali yang sudah dipelajari
dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sulit yang diperoleh melalui
pengalaman setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja putri di SMAN 1
Bergas mengenai kemampuan menyerap informasi tentang SADARI.
1. Sumber
Belajar Untuk Meningkatkan Pengetahuan
Untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan belajar bagi setiap anak, remaja dan orang dewasa
UNESCO (1987) merencanakan program pendidikan untuk semua (PUS) di kawasan
Asia-Pasifik dengan mengatakan seluruh fasilitas dan jalur komunikasi yang
tersedia dapat digunakan sebagai sumber belajar misalnya; perpustakaan, radio,
televisi dan media yang lain.
Pemanfaatan
secara efektif sumber belajar seperti
perpustakaan, radio, televisi, internet dan media yang lain oleh remaja,
diharapkan dapat membantu remaja untuk meningkatkan pengetahuannya. Terutama
pengetahuan dalam bidang kesehatan.
2. Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun
faktor yang yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
a)
Proses Pembelajaran
Menurut kustiono (2009), didalam suatu
proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh faktor:
1)
Metode
Merupakan
cara mengorganisir dan menyajikan petunjuk atau arahan yang mencerminkan teori
belajar mengajar dalam mengarahkan individu mencapai tujuan belajar yang
spesifik.
2)
Materi atau Pesan
3)
Media atau alat bantu
Agar
dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja
sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan)
tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan
dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran
kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individu. (Notoatmodjo, 2005).
b)
Faktor Pendidik
Menurut
Deporter (2008), beberapa kemampuan dan keterampilan yang seharusnya dimiliki sebagai
pendidik antara lain:
1) Mengetahui
cara mengorganisasi informasi
Mengorganisasi
informasi membantu peserta didik menangkap pikiran dan gagasan dengan jelas,
lengkap dan mudah. Didalam pengorganisasian informasi, ketepatan penggunaan
media dan penguasaan pesan dengan baik sangat penting dimiliki oleh pendidik.
2) Menguasai
dan mengkondisikan lingkungan
Belajar
ditempat yang tenang membuat klien lebih fokus serta pendidik juga tidak perlu
mengulang-ulang penjelasannya. Salah satu manfaat belajar diwaktu tenang
membuat peserta didik mengembangkan sikap positif mengenai belajar, santai dan
terpusat, tidak merasa tertekan dan cemas. Belajar dalam keadaan konsentrasi
dan terpusat membuat belajar menjadi lebih mudah dan cepat.
c)
Faktor Adolesens
Respon
adolesens dalam pembelajaran tidak terlepas dari faktor klien (adolesense).
Menurut Reilly dan Obermann (2002), bahwa berbagai pertimbangan pada respon
individu terhadap situasi pembelajaran dan hasil akhir meliputi:
1)
Pengalaman
Peserta
didik yang mempunyai pengetahuan secara mendalam tentang kegiatan atau obyek
dan mempunyai pengalaman masa lalu yang baik akan memberikan makna pembelajaran
yang baru bagi tujuan pribadi seseorang, pengakuan terhadap kebutuhan dan
memahami tujuan yang akan dicapai (Sukardi, 1994)
2)
Minat klien (adolesens)
Menurut
Tri Rusmini (1999), minat adalah fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu.
Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar. Adapun proses minat
terdiri atas; motif, perjuangan motif, keputusan, bertindak sesuai dengan
keputusan yang diambil.
3)
Intelektual dan Emosional
Tingkat
kecerdasan pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksikan ransangan atau menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan denga cara yang tepat (Rebert, 1988). Jadi intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja melainkan kualitas organ tubuh
yang lain. Dalam hal ini intelegensi adolesen yakni kemampuan memproses
informasi untuk menambah pengetahuan bagi adolesen.
Menurut
Santrock (2008), Kemampuan menyerap informasi merupakan kemampuan yag dimiliki
seseorang setelah menerima informasi dimana terjadi proses pengkodean
informasi, penyimpanan informasi kedalam memori dengan terstruktur berdasarkan
kemapuan berfikir dan bagaimana ditemukan atau diungkapkan kembali (retrioval) untuk tujuan tertentu di
kemudian hari.
Dalam proses penyerapan informasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni:
a)
Pemikiran
Pemikiran
merupakan kemampuan mengkonstruksikan informasi.
b)
Pemprosesan Informasi
Pendukung
pendekatan pemprosesan informasi mengatakan bahwa murid sangat kapabel (mampu) memproses informasi yang
didapatkannya. Murid memperhatikan informasi yang diberikan dan memikirkannya.
Mereka menyusun strategi untuk mengingat. Mereka menyusun konsep. Mereka
bernalar dan memecahkan masalah (Santrock, 2008).
Proses
mendapatkan informasi meliputi mengolah informasi, memonitornya, dan menyususn
strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Dimana pendekatan ini menitik
beratkan pada proses memori dan proses berfikir (thinking), dimana anak secara bertahap mengembangkan kapasitas
untuk mengembangkan informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa
mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Beberapa
pendekatan pemprosesan informasi mempunyai kecenderungan tersendiri. Berikut
ada beberapa pendekatan dalam menyerap informasi:
i.
konstruktivitis
Konstruktivitis
memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid
sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas-tugas tersebut, pendekatan ini
menitikberatkan pada murid pasif yang hanya mengingat informasi yang diberikan
(Mayer, 2002).
ii.
Behaviorisme
Teori
ini mengatakan bahwa kekuatan dominan yang mempengaruhi kemampuan memproses
informasi adalah kemampuan kognitif (memori dan fikiran).
c)
Memori
Memeori
merupakan retensi informasi. Informasi diletakkan atau disimpan dalam memori,
dipertahankan atau disandikan (encoding)
dan bagaimana ditemukan atau diungkapkan kembali (retrioval) untuk tujuan tertentu di kemudian hari.
Seperti
yang kita ketahui, encoding adalah
proses memasukkan informasi kedalam memori. Encoding
memiliki banyak kemiripan dengan etensi dan pembelajaran. Saat seseorang
murid sedang mendengarkan guru berbicara, menonton film, mendengarkan musik,
dia sedang menyandikan informasi ke dalam memori. Menurut Santrock (2008), ada beberapa
konsep yang berhubungan dengan encoding
yakni
i.
Atensi : merupakan
pengkonsentrasian dan memfokuskan sumber daya mental. Untuk memfokuskan disini
misalnya menggunakan media, komentar instruksional dan lain-lain.
ii.
Pengulangan : merupakan
repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada di
dalam memori. Pengulangan sering tidak memberikan makna pada informasi karena
mengulang-ulang informasi tanpa memberikan makna pada informasi.
iii.
Pemprosesan mendalam :
yakni pemberian informasi dengan
menambahkan stimulus. Seperti stimulus gambar, suara dan gerakan.
Penataan (organisasi) :
merupakan pengorganisasian informasi ketika akan menyandikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar