Kata
“komunikasi” mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampai pada
pengertian yang spesifik, seperti halnya “komunikasi kesehatan”. Menurut George
A Miller (1951) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005), menyatakan “Komunikasi
berarti bahwa suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu
ke tempat yang lain”. Definisi ini menekankan pada ide, bahwa suatu informasi
disampaikan dari satu poin ke poin yang lain.
Definisi
lain dikemukakan oleh Clevenger (1959) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005),
menyatakan bahwa “komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk pada
suatu proses pertukaran informasi yang dinamis”. Masing-masing pihak, baik source dan receiver terlibat dalam proses berbagi informasi.
Menurut
Machfoedz (2007), komunikasi atau communication
berasal dari bahasa latin communis, dalam
bahasa Inggris common, artinya
“sama”. Berkomunikasi (to communicate)
ini berarti kita dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan (commones) mengenai sikap dengan
seseorang.
1.
Unsur-Unsur Komunikasi
Menurut Notoatmodjo (2003), agar terjadi komunikasi yang efektif
antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain,
atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur
komunikasi, yakni: komunikator, komunikan, pesan, dan saluran, atau media.
a.
Komunikator (source)
Adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan
stimulus antara lain dalam bentuk: informasi-informasi, atau lebih tepatnya
disebut pesan-pesan (message) yang
harus disampaikan kepada pihak atau orang lain, dan diharapkan orang atau pihak
lain tersebut memberikan respons atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak
lain tersebut tidak memberikan respon atau jawaban, berarti tidak terjadi komunikasi
antara kedua variabel tersebut.
b.
Komunikan (receiver)
Komunikan adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respon
terhadap stimulus tersebut. Respon tersebut dapat bersifat pasif yakni memahami
atau mengerti apa yang dimaksud oleh komunikan, atau dalam bentuk aktif yakni
dalam bentuk ungkapan melalui bahasa lisan atau tulisan (verbal) atau
menggunakan simbol-simbol (non-verbal). Menerima stimulus saja tanpa memberika
respon belum terjadi proses komunikasi.
c.
Pesan (message)
Adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber)
kepada komunikan (penerima). Isi stimulus yang berupa pesan atau informasi ini
dikeluarkan oleh komunikan tidak sekedar diterima atau dimengerti komunikan,
tetapi diharapkan agar direspon secara positif dan aktif berupa perilaku atau
tindakan.
d.
Saluran (media)
Saluran (chanel) atau
lebih popular disebut media adalah alat atau sarana yang digunakan oleh
komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Jenis dan
bentuk saluran atau media komunikasi sangat bervariasi, mulai dari yang paling
tradisional yakni mulai dari mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan
(cetakan), sampai dengan elektronik yang paling modern, yakni televise dan
internet.
Wilbur
Schramm seorang ahli komunikasi amerika dalam bukunya The Process and Efects of Mass Communication, menyebutkan bahwa di
dalam komunikasi ada tiga unsur, yakni sumber (source), berita atau pesan (message),
dan sasaran (destination) (Machfoedz,
2007).
Menurut
Machfoedz (2007), sumber bisa berupa individu misalnya individu yang sedang
menulis, menggambar, atau berupa organisasi komunikasi seperti Koran, badan
penerbit, stasiun televisi, bioskop, dll. Berita atau tulisan yang berbentuk
tulisan, gelombang-gelombang suara ataupun suatu komunikasi arus listrik
seperti siaran radio, lambaian tangan, bendera berkibar, dan atau lambang-lambang
lain. Sasaran dalam hal kesehatan masyarakat ini adalah perorangan, kelompok,
atau masyarakat (Machfoedz, 2007).
2.
Bentuk-Bentuk Komunikasi
Komunikasi
di sector kesehatan bukan saja diperlukan untuk melibatkan seluruh komponen
masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga
diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijakan dari para pejabat
penyelenggara negara/pemerintah, baik eksekutif maupun legislative, dan pejabat
lintas sektor lain (Notoatmodjo, 2003).
Menurut
Notoatmodjo (2003), agar proses komunikasi kesehatan itu efektif dan terarah,
dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut.
a.
Interpersonal communication (face to face communication):
Komunikasi ini adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling
efektif, karena antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka,
sehingga stimulus yakni pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikan,
yang langsung direspon dan ditanggapi pada saat itu juga. Apabila terjadi
ketidakjelasan pesan atau informasi yang diterima oleh komunikan, maka pada
saat itu juga dapat di klarifikasi atau dijelaskan oleh komunikator (pembawa
pesan).
b.
Mass communication (communication through the mas media):
Komunikasi ini menggunakan saluran (media) massa, atau berkomunikasi
melalui media massa. Komunikasi melalui media massa kurang efektif apabila
dibandingkan dengan komunikasi interpersonal, meskipun mungkin lebih efisien.
Media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi massa ini adalah:
1.
Media cetak: Koran, majalah,
jurnal, selebaran, da sebagainya.
2.
Media elektronik: radio,
televisi, internet, dan sebagainya.
3.
Bermacam papan nama (billboard)
4.
Spanduk, umbul-umbul, dan
sebagainya.
3.
Komunikasi Kesehatan
Menurut Northouse
and Northouse (1985) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005), komunikasi
kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang berfokus pada
bagaimana seseorang individu dalam suatu kelompok / masyarakat menghadapi
isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara
kesehatannya. Focus dalam komunikasi kesehatan adalah “Transaksi” spesifik pada
isu-isu yang berhubungan dengan kesehatandan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar-ahli kesehatan dan antara
ahli kesehatan dan klien merupakan
perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Transaksi tersebut berlangsung baik
“verbal” maupun “non verbal”, “lisan” atau “tulisan”, ‘personal” atau
“interpersonal”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori
komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap
isu-isu kesehatan.
Lebih
jauh lagi, menurut Rasmuson (1988) dan ahli komunikasi lainnya yang terlibat
dalam proyek-proyek USAID untuk pengembangan komunikasi kesehatan, komunikasi
kesehatan dipandang sebagai disiplin ilmu komunikasi terapan yang digunakan
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat (Machfoedz, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar