Jumat, 04 Oktober 2013

Komunikasi

Kata “komunikasi” mengandung banyak arti, dari pengertian yang umum sampai pada pengertian yang spesifik, seperti halnya “komunikasi kesehatan”. Menurut George A Miller (1951) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005), menyatakan “Komunikasi berarti bahwa suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu ke tempat yang lain”. Definisi ini menekankan pada ide, bahwa suatu informasi disampaikan dari satu poin ke poin yang lain.
Definisi lain dikemukakan oleh Clevenger (1959) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa “komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis”. Masing-masing pihak, baik source dan receiver terlibat dalam proses berbagi informasi.
Menurut Machfoedz (2007), komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communis, dalam bahasa Inggris common, artinya “sama”. Berkomunikasi (to communicate) ini berarti kita dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan suatu persamaan (commones) mengenai sikap dengan seseorang.


1.      Unsur-Unsur Komunikasi
      Menurut Notoatmodjo (2003), agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni: komunikator, komunikan, pesan, dan saluran, atau media.
a.       Komunikator (source)
Adalah orang atau sumber yang menyampaikan atau mengeluarkan stimulus antara lain dalam bentuk: informasi-informasi, atau lebih tepatnya disebut pesan-pesan (message) yang harus disampaikan kepada pihak atau orang lain, dan diharapkan orang atau pihak lain tersebut memberikan respons atau jawaban. Apabila orang lain atau pihak lain tersebut tidak memberikan respon atau jawaban, berarti tidak terjadi komunikasi antara kedua variabel tersebut.
b.      Komunikan (receiver)
Komunikan adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon tersebut dapat bersifat pasif yakni memahami atau mengerti apa yang dimaksud oleh komunikan, atau dalam bentuk aktif yakni dalam bentuk ungkapan melalui bahasa lisan atau tulisan (verbal) atau menggunakan simbol-simbol (non-verbal). Menerima stimulus saja tanpa memberika respon belum terjadi proses komunikasi.


c.       Pesan (message)
Adalah isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima). Isi stimulus yang berupa pesan atau informasi ini dikeluarkan oleh komunikan tidak sekedar diterima atau dimengerti komunikan, tetapi diharapkan agar direspon secara positif dan aktif berupa perilaku atau tindakan.
d.      Saluran (media)
Saluran (chanel) atau lebih popular disebut media adalah alat atau sarana yang digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan. Jenis dan bentuk saluran atau media komunikasi sangat bervariasi, mulai dari yang paling tradisional yakni mulai dari mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetakan), sampai dengan elektronik yang paling modern, yakni televise dan internet.
Wilbur Schramm seorang ahli komunikasi amerika dalam bukunya The Process and Efects of Mass Communication, menyebutkan bahwa di dalam komunikasi ada tiga unsur, yakni sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination) (Machfoedz, 2007).
Menurut Machfoedz (2007), sumber bisa berupa individu misalnya individu yang sedang menulis, menggambar, atau berupa organisasi komunikasi seperti Koran, badan penerbit, stasiun televisi, bioskop, dll. Berita atau tulisan yang berbentuk tulisan, gelombang-gelombang suara ataupun suatu komunikasi arus listrik seperti siaran radio, lambaian tangan, bendera berkibar, dan atau lambang-lambang lain. Sasaran dalam hal kesehatan masyarakat ini adalah perorangan, kelompok, atau masyarakat (Machfoedz, 2007).
2.      Bentuk-Bentuk Komunikasi
Komunikasi di sector kesehatan bukan saja diperlukan untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan, tetapi juga diperlukan untuk memperoleh dukungan politik dan kebijakan dari para pejabat penyelenggara negara/pemerintah, baik eksekutif maupun legislative, dan pejabat lintas sektor lain (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), agar proses komunikasi kesehatan itu efektif dan terarah, dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut.
a.       Interpersonal communication (face to face communication):
Komunikasi ini adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga stimulus yakni pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, yang langsung direspon dan ditanggapi pada saat itu juga. Apabila terjadi ketidakjelasan pesan atau informasi yang diterima oleh komunikan, maka pada saat itu juga dapat di klarifikasi atau dijelaskan oleh komunikator (pembawa pesan).
b.      Mass communication (communication through the mas media):
Komunikasi ini menggunakan saluran (media) massa, atau berkomunikasi melalui media massa. Komunikasi melalui media massa kurang efektif apabila dibandingkan dengan komunikasi interpersonal, meskipun mungkin lebih efisien. Media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi massa ini adalah:
1.      Media cetak: Koran, majalah, jurnal, selebaran, da sebagainya.
2.      Media elektronik: radio, televisi, internet, dan sebagainya.
3.      Bermacam papan nama (billboard)
4.      Spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya.
3.      Komunikasi Kesehatan
Menurut Northouse and Northouse (1985) dalam buku karangan Notoatmodjo (2005), komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang berfokus pada bagaimana seseorang individu dalam suatu kelompok / masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya. Focus dalam komunikasi kesehatan adalah “Transaksi” spesifik pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatandan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar-ahli kesehatan dan antara ahli kesehatan dan  klien merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Transaksi tersebut berlangsung baik “verbal” maupun “non verbal”, “lisan” atau “tulisan”, ‘personal” atau “interpersonal”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi kesehatan  merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan.
Lebih jauh lagi, menurut Rasmuson (1988) dan ahli komunikasi lainnya yang terlibat dalam proyek-proyek USAID untuk pengembangan komunikasi kesehatan, komunikasi kesehatan dipandang sebagai disiplin ilmu komunikasi terapan yang digunakan mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat (Machfoedz, 2007).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar