Jumat, 04 Oktober 2013

Disminore pada Remaja

Disminorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama terjadinya menstruasi (Widayanto, 2000).
Disminorea merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada wanita muda yang datang ke klinik/ dokter. Oleh karena hampir semua wanita mengalami sensasi tidak nyaman selama haid (Anurogo, 2008).
Disminorea artinya nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Nyeri haid in timbul akibat kontraksi disritmik mio metrium yang menampilkan satu atu lebih gejala mulai dari nyeri yang ringan sampai berat pada bagan bawah, bokong, dan nyeri spasmodik pada sisi medial paha. Mengingat sebagian besar wanita mengalami beberapa derajat nyeri pelvik selama haid, maka istilah disminorea hanya dipakai untuk nyeri hais yang cukup berat sampai meyebabkan penderita terpaksa mencari pertolongan dokter atau pngobatan sendiri dengan analgesik. Yang dimaksud dengan disminorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan bahkan kadang-kadang pingsan (Baziad, 2003).
1.      Jenis disminorea
Ada 2 macam jenis disminorea:
a.       Disminorea primer
Disminorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genetalia yang nyata. Disminorea primer (Primary Dysminorea) biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche (haid pertama) segera setelah siklus ovulasi teratur (Reguler Ovulator Cycle)  ditetapkan.
Selama menstruasi sel-sel indometrium yang terkelupas (slounching endometrial cells) melapaskan prostagladin, yang menyebabkan iskemia uterus melalui kontraksi mometrium dan vasokontriksi. Peningkatan kadar prostagladin telah terbukti ditemukan pada cairan haid (menstrual fluid) pada wanita dengan disminorea berat (Severe Dysmenorhea). Kadar ini memang meningkat terutama selama dua hari pertama menstruasi (Anugoro, 2008).
b.      Disminorea sekunder
Disminorea sekunder (Secondary Dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, namun paling sering muncul di udia 20-an atau 30-an. Peningkatan prostagladin dapat berperan pada disminorea sekunder namun secara pngertian penyakit pelvis yang menyertai (Cocomitant Pelvis Pathology). Penyebab yang umum termasuk endometriosis, leiomyomata (kibroid), adenomyosis, polip endometrium chronic pelvis inflammatury disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (Intrauterine Device).
Karim Anton Calis (2006) mengemukakan sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis disminorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan disminorea sekunder:
1)      Endometriosis
2)      Pelvic inflammatory dispase
3)      Tumor dan kista ovarium
4)      Uterine polyps
Lebih lanjut Smith menyatakan bahwa hampir semua proses apapun yang mempengaruhi (affect) pelvic visera dapat memproduksi nyeri pelviks siklik (Cyclic Pelvic Pain) (Anorogo, 2008).
2.      Gajala
a.       Gejala-gejala umum disminorea primer
1)      Melaise adalah rasa tidak enak badan
2)      Fatigue adalah perasaan lelah (85%)
3)      Nausea adalah perasaan mual dan vomiting adalah muntah (89%).
4)      Diare (60%)
5)      Nyeri punggung bawah atau lower backache (60%)
6)      Sakit kepala atau headache (45%)
7)      Terkadang dapat juga disertai vertigu atau sensasi jatuh 9dizziness) perasaan cemas, gelisah (nervousness), dan bahkan tollapse atau ambruk (Anurogo, 2008).
b.      Gejala-gejala umum disminorea sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan apda disminorea sekunder yang terbatas pada onset haid in biasanya berhubungan dengan perut besar/ kembung (Abdominal bloating), pelvis terasa berat (pelvic heaviness) dan nyeri punggung (back pain) secara khas, nyeri meningkat secara progresif selama fase lutreal sampai memuncak sekitar onset haid (Anurogo, 2008).
3.      Pencegahan
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibu profen, naproxen dan asam mefenamat) obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum mentruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2 mentruasi.
Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi dengan:
a.       Istirahat yang cukup
b.      Olahraga yang teratur  (terutama berjalan)
c.       Pemijatan
d.      Melakukan teknik relaksasi atau yoga.
e.       Kompres hangat di daerah perut
f.       Konsumsi sayuran dan buah-buahan serta makanan rendah lemak.
g.      Konsumsi vitaminE, vitamin B6, minyak ikan
h.      Hindari konsumsi alkohol, kopi dan juga coklat karena dapat meningkatkan kadar estrogen yang nantinya dapat memicu lepasnya prostagladin sehingga menyebabkan konraksi otot polos, hindari juga makanan bersuhu dingin misalnya es krim (Widayanto, 2000).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar