Jumat, 04 Oktober 2013

Remaja



Menurut Samsunuwati (2008), remaja menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Bentangan usia remaja yang umum yang digunakan oleh para ahli adalah 12 sampai 21 tahun. Haditono, Knoers dan Monks (2001) membedakan remaja atas empat bagian yaitu: masa prapubertas 10-12 tahun, masa remaja awal atau pubertas 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Masa remaja awal dan akhir inilah yang disebut masa adolesen.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya diantara usia 12-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan berhadapan dengan abstraksi (Patricia & Potter, 2005).
Penyesuaian dan adaptasi dibutuhkan untuk mengkoping perubahan simultan ini dan usaha untuk membentuk perasan identitas yang matur. Adaptasi yang dibutuhkan mendorong adolesens mengembangkan mekanisme koping dan gaya perilaku yang akan digunakan atau diadaptasi sepanjang kehidupan (Patricia & Potter, 2005).
1.         Perkembagan kognitif
Perubahan yang terjadi dalam pemikiran dan perluasan lingkungan adolesens mengakibatkan pada aktifitas formal, tingkat tertinggi perkembanga intelektual. Tanpa lingkungan pendidikan yang sesuai, orang muda yang memiliki perkembangan psikologis cukup untuk mencapai tahap ini. Mungkin tidak dapat memperolehnya dan yang diarahkan untuk berfikir rasional dan mencapai tahap ini lebih awal (Patricia & Potter, 2005).
Remaja mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui tindakan logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah hipotetik secara efektif. Jika berkonfontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sagat banyak. Untuk pertama kali remaja dapat bergerak melebihi sifat fisik atau konkret suatu situasi dan menggunakan kekuatan yang beralasan untuk memahami keabstrakan (Patricia & Potter, 2005).
2.         Identitas kesehatan
Persepsi kesehatan menimbulkan minat untuk mengunjungi pemberi layanan kesehatan. Adolesens yang sehat mengevaluasi kesehatan diri mereka sendiri berdasarkan perasaan sejahtera, kemampuan berfungsi secara normal dan tidak adanya gejala penyakit (Patricia & Potter, 2005).
3.         Kesehatan selama periode adolesens
Program kesehatan komunitas dan sekolah bagi adolesens berfokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Perawat terlibat dalam kesehatan komunitas melalui program skrining dan pengajaran. Pelayanan kesehatan yang diberikan untuk adolesens harus mudah dijangkau dan konfidensial (Patricia & Potter, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar