Menurut
Samsunuwati (2008), remaja menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa
anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik umum
serta perkembangan kognitif dan sosial. Bentangan usia remaja yang umum yang
digunakan oleh para ahli adalah 12 sampai 21 tahun. Haditono, Knoers dan Monks
(2001) membedakan remaja atas empat bagian yaitu: masa prapubertas 10-12 tahun,
masa remaja awal atau pubertas 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18
tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Masa remaja awal dan akhir inilah
yang disebut masa adolesen.
Remaja
atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami
perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Biasanya diantara usia
12-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis
individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat
terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada
orang muda dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan
berhadapan dengan abstraksi (Patricia & Potter, 2005).
Penyesuaian
dan adaptasi dibutuhkan untuk mengkoping perubahan simultan ini dan usaha untuk
membentuk perasan identitas yang matur. Adaptasi yang dibutuhkan mendorong
adolesens mengembangkan mekanisme koping dan gaya perilaku yang akan digunakan
atau diadaptasi sepanjang kehidupan (Patricia & Potter, 2005).
1.
Perkembagan kognitif
Perubahan
yang terjadi dalam pemikiran dan perluasan lingkungan adolesens mengakibatkan
pada aktifitas formal, tingkat tertinggi perkembanga intelektual. Tanpa
lingkungan pendidikan yang sesuai, orang muda yang memiliki perkembangan
psikologis cukup untuk mencapai tahap ini. Mungkin tidak dapat memperolehnya
dan yang diarahkan untuk berfikir rasional dan mencapai tahap ini lebih awal
(Patricia & Potter, 2005).
Remaja
mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui tindakan logis. Remaja
dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah hipotetik secara efektif. Jika
berkonfontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab
dan solusi yang sagat banyak. Untuk pertama kali remaja dapat bergerak melebihi
sifat fisik atau konkret suatu situasi dan menggunakan kekuatan yang beralasan
untuk memahami keabstrakan (Patricia & Potter, 2005).
2.
Identitas kesehatan
Persepsi
kesehatan menimbulkan minat untuk mengunjungi pemberi layanan kesehatan.
Adolesens yang sehat mengevaluasi kesehatan diri mereka sendiri berdasarkan
perasaan sejahtera, kemampuan berfungsi secara normal dan tidak adanya gejala
penyakit (Patricia & Potter, 2005).
3.
Kesehatan selama
periode adolesens
Program
kesehatan komunitas dan sekolah bagi adolesens berfokus pada promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit. Perawat terlibat dalam kesehatan komunitas melalui
program skrining dan pengajaran. Pelayanan kesehatan yang diberikan untuk
adolesens harus mudah dijangkau dan konfidensial (Patricia & Potter, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar