Jumat, 04 Oktober 2013

Tingkat Nyeri Persalinan pada Primigravida

Tingkat nyeri  adalah tingkat keparahan yang dirasakan penderita dan bersifat subyektif. Individu yang mengalami nyeri adalah sumber terbaik untuk meggambarkan nyeri yang dialaminya. Ada banyak cara dalam menggambarkan tingkat nyeri seseorang, diantaranya dengan memperhatikan perilaku, mimik wajah, atau dengan mengunakan skala. Skala intensitas nyeri deskriptif yang menggunakan angka dan kategori nyeri yang digunakan dalam penelitian ini dapat mewakili tingkat nyeri atau tingkat keparahan yang dirasakan penderita, yang mana dalam penelitian ini adalah ibu bersalin primigavida pada persalinan normal kala I fase aktif.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 22 persalinan yang terjadi pada tanggal 02 April – 02 Mei 2013 di wilayah kerja puskesmas Ungaran, pada tabel 5.4 didapatkan tingkat nyeri persalinan sebagian besar ibu primigravida mengalami nyeri berat terkontrol, yaitu sejumlah 21 orang ( 95,5%) , sedangkan 1 orang lainnya (4,5%) mengalami nyeri sedang.
 Sebagian besar responden tersebut mengalami tingkat nyeri persalinan ada pada nyeri berat terkontrol. Hal ini didapat terlihat dari hasil wawancara responden, dimana nyeri berat terkontrol ada pada skala 7 dengan jumlah responden 3 orang (13,6%), skala 8 dengan jumlah responden 10 orang (45,4%), dan skala 9 dengan jumlah responden 8 orang (36,3%).
 Dalam Judha (2012) dijelaskan bahwa Nyeri Berat Terkontrol merupakan nyeri yang dianggap penderita sangat sakit/berat dan masih dapat ditahan. Besarnya responden yang mengatakan nyeri persalinannya ada pada nyeri berat terkontrol. dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya disebabkan karena responden adalah seorang primigravida, yaitu orang yang pertama kali melahirkan. Saat diwawancara, ibu mengatakan khawatir karena tidak mengerti bagaimana cara menghadapi persalinan. Primigravida cenderung lebih banyak mengalami kecemasan hingga menimbulkan ketegangan dan ketakutan. Hal ini terbukti pada saat dilakukan penelitian, responden tidak dapat menahan nyerinya, ada yang mengigit kain untuk mengekspresikan nyeri, mencengkeram orang sekitar, ada yang mengenggam benda atau tempat tidur, ada yang merangkak untuk mengurangi nyerinya, dan berbagai ekspresi ibu saat nyeri tiba. Hal ini sesuai dengan Yanti (2009) mengatakan primigravida lebih merasakan nyeri pada awal persalinan (kala I) daripada multigravida.
 Cemas dan takut yang dirasakan ibu bila tidak segera diatasi bisa menyebabkan ibu nyeri yang lebih sakit. Saat penelitian berlangsung, beberapa responden yang dapat menenangkan dirinya dengan teknik relaksasi seperti menarik nafas dalam, terlihat dapat menahan sakit daripada ibu yang cemas dan tegang. Hal ini sesuai dengan Judha (2012) bahwa emosi dapat meningkatkan stress atau rasa takut ibu, yang secara fisiologis dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga meningkatkan nyeri yang dirasakan. Saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress, maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormone stressor yaitu hormon katekolamin dan hormone adrenalin, katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot terus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakan.
Faktor lain seperti support system atau pendamping persalinan dan persiapan persalinan tidak banyak memberikan pengaruh pada nyeri persalinan, namun kedua faktor ini dapat mengurangi atau menambah kecemasan dalam proses persalinan, yang berpengaruh pada tingkat nyeri. Saat proses persalinan berlangsung, semua ibu bersalin ada pendamping persalinan. Ada ibu bersalin yang didampingi oleh suaminya, ibu mertuanya, ayahnya, atau sanak saudara. Selama mendampingi persalinan, sebagian besar dari mereka menemani ibu selama proses persalinan berlangsung, memberikan makanan atau minuman bila ibu memerlukan, menenangkan ibu saat persalinan, membantu memijat area yang dianggap nyeri, memberikan pelukan dan semangat pada ibu. Martin (2002) dalam Judha (2012) mengatakan dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri.  Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Rofiqoch dengan penelitiannya  yang berjudul “ Peran Pendamping Persalinan Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Kala I Fase Aktif pada Persalinan Normal Ibu Primigravida di RB Rahayu Jalan Kartini Ungaran Semarang Tahun 2010”. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa ada penurunan yang signifikan antara tingkat nyeri yang dialami oleh ibu sebelum dan setelah ada pendamping persalinan.
Selama proses penelitian berlangsung, tidak banyak persiapan persalinan yang dilakukan ibu bersalin dalam menghadapi persalinan. Hal ini terlihat saat nyeri datang, sebagian besar ibu bersalin tidak melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, namun hanya menahan nyeri dengan wajah tegang, ada yang berteriak, atau mengigit kain. Ibu melakukan teknik relaksasi setelah diberitahu bidan cara meredakan nyeri dengan teknik relaksasi. Namun ada pula ibu bersalin yang dapat melakukan teknik relaksasi dengan sendirinya. Dalam  Judha (2012) mengatakan persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan agar ibu dapat mengatasi ketakutannya.
Yanti (2009) mengatakan faktor lain yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri persalinan antara lain adalah umur. Dari hasil penelitian yang berusia < 20 tahun ada 1 responden, dengan skala nyeri 9. Pada saat persalinan berlangsung, responden terlihat tidak sabar untuk segera melahirkan anaknya. Setiap nyeri datang, yang dilakukan ibu bersalin muda ini adalah mengejan. Ibu beralasan mengejan dapat mengurangi nyeri saat ada kontraksi, padahal saat pembukaan belum lengkap, ibu bersalin dilarang mengejan, karena dapat menyebabkan oedeme, dan kelelahan saat proses pengeluaran bayi.
Wanita dengan pendidikan rendah cenderung menghadapi persalinan dengan apa adanya. Wanita dengan pengetahuan tinggi cenderung akan mencari tahu tentang persalinan, cara menghadapi persalinan, dan persiapan persalinan. Saat wawancara dilakukan, sebagian responden mengetahui bahwa dirinya dalam proses persalinan, yaitu pada saat pembukaan mulut rahim, namun tidak mengerti bagaimana cara menghadapi persalinan, atau pada saat kontraksi datang Nisman (2011) mengatakan tingkat nyeri selama persalinan meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan tentang proses persalinan sedikit. Salah satu alasan pelatihan melahirkan adalah untuk mengurangi rasa takut dan memperbaiki pemahaman ibu tentang melahirkan. Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan pendidikan SMP 8 orang (36,4%), SMA 13 orang (59,1%), dan perguruan tinggi 1 (4,5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Warningsih dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Proses Persalinan dengan Kecemasan dalam Proses Persalinan pada Ibu Primigravida di BPS Ny.Susaptatri Kaloran Temanggung Tahun 2008” dengan hasil ada pengaruh yang ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang proses persalinan dengan kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.
Setiap wanita mempunyai pengalaman yang tidak nyaman selama kontraksi persalinan berbeda-beda. Hasil penelitian tersebut walau dalam satu kategori, yaitu nyeri berat terkontrol, tapi dalam skala yang berbeda, ada yang 7, 8 atau 9. Hal ini mengikuti penerimaan dan persiapan untuk menjalani persalinan, posisi persalinan yang dipilih, dan kemampuan dari pendamping persalinan dalam mendampingi saat berada di samping ibu. Rasa nyeri  juga dapat diperberat dengan rasa takut dan kecemasan  yang sering dirasakan ibu saat persalinan berlangsung. Penerimaan seseorang terhadap nyeri berbeda antar individu yang satu dengan yang lain. Price & Wilson (2006) mengatakan ambang nyeri dalam persalinan dapat diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan jasmani seperti demam, kelelahan, dehidrasi, ketegangan. Ambang nyeri dapat dianaikan oleh penggunaan obat-obatan, kesehatan fisik serta psilogik, relaksasi dan pengalihan perhatian.

Responden dengan nyeri sedang ada 1 orang (4,5%). Dari hasil wawancara, ibu mengatakan mempersiapkan persalinan mulai dari hamil. Periksa kehamilan sesuai anjuran bidan, dan lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah untuk memperlancar persalinannya. Responden berusia 29 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP mengaku tidak banyak tahu sebelumnya tentang persalinan, namun ibu bertanya pada bidan dan orangtuanya bagaimana cara menghadapi persalinan. Budaya mengepel dengan posisi merangkak dilakukan ibu secara rutin tiap pagi, dengan harapan jalan lahirnya kelak dapat lebar dan lancar. Ibu juga mengaku lebih banyak mengkonsumsi air putih agar jalan lahirnya licin dan kepala bayi mudah turun. Dengan didampingi suami, saat persalinan terjadi, ibu tidak banyak bertingkah aneh saat persalinan berlangsung, ibu diam dan menahan nyerinya, ibu terlihat banyak melakukan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam dan mengeluarkan lewat mulut. Saat diwawancarai ibu terlihat tenang walau pembukaannya mencapai 9. Ibu mengatakan skalanya 6. Ibu mengatakan memang sakit saat persalinan, namun ibu yakin sebentar lagi bayinya akan lahir, sehingga ibu harus kuat dan yakin. Hal ini memperlihatkan bahwa persiapan persalinan yang matang, baik fisik maupun psikologis, adanya pendamping persalinan, kemampuan ibu dalam menguasai emosi, akan mengurangi respon terhadap nyeri. Hal ini sesuai dengan Yanti (2009) yang mengatakan wanita yang menjalani persalinan normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik, perawatan preventif yang cermat, dukungan dengan pendampingan oleh bidan yang kompeten dan dengan analgesia yang tepat waktu serta indikasinya cenderung untuk memberikan pengalaman persalinan yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar