Jumat, 04 Oktober 2013

SADARI ( Meraba Payudara sendiri untuk deteksi Dini Kanker Payudara)



Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mamae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Sukaca & Suryaningsih, 2009).
 Menurut Alamsyah (2009), kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam setiap inti sel, yang bertindak sebagai ruang kontrol dari masing-masing sel. Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur. Proses pertumbuhan sel-sel sehat baru mengambil alih sel lama. Tapi seiring waktu, mutasi bisa menghidupkan beberapa gen dan mematikan bagian lain dalam sel. Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan tanpa kontrol memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk tumor.
a.    Etiologi
Belum diketahui secara pasti penyebab dari kanker payudara, tetapi ada beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab timbulnya karsinoma payudara adalah virus, keturunan (Hanya 5-10% dari kanker diwarisi dari ibu atau ayah, kira-kira 90% dari kanker payudara adalah karena abnormalitas genetik yang terjadi sebagai hasil dari proses ketuaan dan lainnya), haid pertama terlalu dini, menapouse lambat, tidak kawin, tidak pernah hamil, menikah terlalu muda yaitu usia sebelum usia 17 tahun dan trauma. Terdapat keyakinan bahwa ibu, anak, dan saudara dari penderita karsinoma payudara mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita penyakit ini (Tambunan, 1993).
b.    Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan gambaran histopatologinya, WHO (1981) mengklasifikasikan karsinoma payudara kedalam 3 jenis, yaitu karsinoma non invasif, karsinoma invasif dan karsinoma paget. Karsinoma noninvasif terdiri dari karsinoma intraduktus dan karsinoma intralobuler. Karsinoma invasif terdiri dari karsinoma duktur invasif, karsinoma lobuler invasif, karsinoma tubuler, moduler, papiler, mukoid dan sel squamos (Tambunan, 1993).
Stadium pada kanker payudara untuk kepentingan pengobatan dan prognosa kanker payudara dibagi 4 stadium, yaitu: Stadium I dimana ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke organ lain maupun di kelenjar getah bening supra clavicula, Stadium II dimana ukuran tumor antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun dikelenjar getah bening supra clavicula, Stadium III dimana ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun getah bening supra clavicula, Stadium IV terdapat penyebaran di organ tubuh lain atau di kelenjar getah bening supra clavicula abdomen (Dharmais, 1998).
c.    Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Secara umum tanda fisik kanker payudara adalah berupa benjolan pada payudara. Pada pertumbuhan awal biasanya tidak ada keluhan sakit hanya berupa luka pada kulit. Pada karsinoma yang semakin membesar, akan timbul rasa sakit, edema pada kulit, ulserasi dan kadang menyerupai bisul. Pada stadium lanjut akan timbul sesak nafas dan batuk akibat metastase ke paru, nyeri punggung akibat metastasis pada corpus vertebrae, berat badan yang semakin turun dan anemia (Veronesi, 1997).
Tindakan pengobatan yang dilakukan pada kanker stadim lanjut memiliki prognosis yang buruk. Sehingga diperlukan usaha mendeteksi kanker payudara sedini mungkin. Usaha yang paling mudah dan murah untuk dilakukan adalah pemeriksaan payudara sendiri.
1.         Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
a         Definisi
SADARI merupakan pemeriksaan payudara sendiri untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker payudara atau benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara. Pemeriksaan payudara ini biasa disebut dengan breast self exam (BSE) (Sukaca dan Suryaningsih, 2009). Pemeriksaan payudara sendiri adalah usaha-usaha dari individu untuk menemukan adanya kelainan-kelainan pada payudara yang merupakan tanda-tanda tumor (Denogan, 1979).
Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk menemukan kanker dalam stadium dini dengan cara mengetahui benjolan yang memungkinan adanya kanker payudara, sehingga pengobatannya menjadi lebih baik. Penelitian membuktikan 75-85% keganasan kanker payudara dilakukan saat pemeriksaan payudara sendiri (Purwoastuti, 2008 ).
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan pada 7-10 hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara terasa lunak. Tujuan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui (Anangargo, 2008).
Pada wanita yang dalam masa reproduksi, SADARI dilakukan antara hari ke-5 sampai ke-7 sesudah haid berhenti, setiap bulan (Tambunan, 1993). Ketentuan ini berdasarkan pertimbangan bahwa payudara dipengaruhi oleh perubahan hormonal akibat siklus haid. Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron selama fase luteal (hari ke 15-28 pada siklus haid 28 hari) akan menyebabkan payudara mengalami pembengkakan dan rasa nyeri. Hasil yang diperoleh akan menjadi biasa apabila dilakukan pemeriksaan. Sementara hari ke-5 dan hari ke-7 setelah hari terakhir haid merupakan masa dimana pengaruh kedua hormon ini paling minimal pada payudara, sehingga payudara menjadi lebih lembek.
b        Tahapan Melakukan SADARI
Sadari dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu melihat payudara di depan cermin secara teliti, meraba dan memijit putting susu.
1)   Melihat payudara di depan cermin
Melihat payudara bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan bentuk pada payudara, perubahan bentuk ataupun warna kulit, dan perubahan bentuk putting susu. Melihat payudara dilakukan dengan cara duduk atau berdiri di depan cermin dengan tubuh telanjang sampai batas pinggang dan tidak menggunakan BH. Kedua lengan sejajar disamping tubuh. Payudara diperhatikan dalam beberapa hal, seperti apakah payudara kanan dan kiri sejajar (simetris), apakah putting susu tertarik ke satu sisi, apakah terjadi perubahan pada warna kulit dan apakah kulit keriput. Kemudian mengangkat kedua lengan untuk melihat apakah payudara tetap sejajar dan melihat poin pemeriksaan yang lain seperti pada saat tangan disamping (Gilbert, 1993).
Pada payudara yang normal, maka payudara kanan dan kiri atau sejajar dan sama ukurannya pada posisi tangan di samping maupun pada saat kedua tangan diangkat. Putting susu yang normal juga akan melihat sebagai bagian yang paling menonjol pada payudara, tidak tertarik kedalam ataupun ke satu sisi (Gilbert, 1993).
2)   Meraba payudara
Meraba payudara bertujuan untuk menemukan benjolan yang abnormal dan adanya guratan-guratan kasar pada kulit payudara. Meraba dilakukan dalam posisi berbaring telentang dengan salah satu tangan dibawah kepala dan meletakkan bantalan kecil di bawah bahu. Dalam posisi seperti ini payudara akan tersebar ke permukaan dinding dada sehingga lebih tipis dan lebih mudah untuk menemukan adanya perubahan. Tangan yang dilipat adalah tangan pada sisi payudara yang akan diperiksa dan bantal juga diletakkan pada sisi payudara yang akan di periksa (Gilbert, 1993).
Perabaan dilakukan secara teratur pada semua area payudara, dari putting susu sampai mencapai ketiak, dengan gerakan melingkar sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan. Bagian dari tangan yang melakukan perabaan adalah bagian ujung dari jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Yang perlu untuk mendapatkan perhatian ketika menemukan benjolan yang abnormal adalah ukurannya, gerakannya, dan ada tidaknya nyeri pada saat perabaan (Gilbert, 1993).
3)   Memijat puting susu
Memijit putting susu bertujuan untuk melihat apakah ada pergetahan yang abnormal pada putting susu. Hal ini dilakukan karena salah satu tanda pada kanker payudara adalah keluarnya pergetahan yang abnormal pada payudara. Jumlah dan warna cairan yang keluar ketika memijit putting susu, merupakan dua hal yang harus menjadi perhatian. Cairan yang banyak dan berwarna seperti darah merupakan salah satu tanda kanker payudara (Gilbert, 1993).
c         Pemeriksaan Lanjutan
Jika telah teraba yang mencurigakan, perlu ditentukan diagnosis yang tepat untuk dapat diberikan penanganan optimal dengan tindakan seminimal mungkin yaitu penangan dengan resiko yang kecil. Pemeriksaan lanjutan adalah mammogram (foto diagnostis) dan sitologis (Wim, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar