Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mamae adalah sebuah tumor
ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam
kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Sukaca &
Suryaningsih, 2009).
Menurut Alamsyah (2009), kanker payudara adalah
pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker
tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal
pada gen yang bertanggungjawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap
normal (sehat). Gen di dalam setiap inti sel, yang bertindak sebagai ruang
kontrol dari masing-masing sel. Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri
secara teratur. Proses pertumbuhan sel-sel sehat baru mengambil alih sel lama.
Tapi seiring waktu, mutasi bisa menghidupkan beberapa gen dan mematikan bagian
lain dalam sel. Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan
tanpa kontrol memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk tumor.
a.
Etiologi
Belum diketahui secara pasti penyebab dari kanker payudara, tetapi ada
beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab timbulnya karsinoma payudara adalah
virus, keturunan (Hanya 5-10% dari kanker diwarisi dari ibu atau ayah, kira-kira 90%
dari kanker payudara adalah karena abnormalitas genetik yang terjadi sebagai
hasil dari proses ketuaan dan lainnya), haid pertama terlalu dini, menapouse
lambat, tidak kawin, tidak pernah hamil, menikah terlalu muda yaitu usia
sebelum usia 17 tahun dan trauma. Terdapat keyakinan bahwa ibu, anak, dan
saudara dari penderita karsinoma payudara mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk menderita penyakit ini (Tambunan, 1993).
b. Klasifikasi Kanker Payudara
Berdasarkan gambaran histopatologinya, WHO
(1981) mengklasifikasikan karsinoma payudara kedalam 3 jenis, yaitu karsinoma non invasif, karsinoma invasif dan
karsinoma paget. Karsinoma noninvasif terdiri dari karsinoma intraduktus
dan karsinoma intralobuler. Karsinoma invasif terdiri dari karsinoma duktur
invasif, karsinoma lobuler invasif, karsinoma tubuler, moduler, papiler, mukoid
dan sel squamos (Tambunan, 1993).
Stadium pada kanker payudara untuk kepentingan
pengobatan dan prognosa kanker payudara dibagi 4 stadium, yaitu: Stadium I
dimana ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
organ lain maupun di kelenjar getah bening supra clavicula, Stadium II dimana
ukuran tumor antara 2-5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun
dikelenjar getah bening supra clavicula, Stadium III dimana ukuran tumor lebih
dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ lain maupun getah bening supra
clavicula, Stadium IV terdapat penyebaran di organ tubuh lain atau di kelenjar
getah bening supra clavicula abdomen (Dharmais, 1998).
c. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Secara umum tanda fisik kanker payudara adalah
berupa benjolan pada payudara. Pada pertumbuhan awal biasanya tidak ada keluhan
sakit hanya berupa luka pada kulit. Pada karsinoma yang semakin membesar, akan
timbul rasa sakit, edema pada kulit, ulserasi dan kadang menyerupai bisul. Pada
stadium lanjut akan timbul sesak nafas dan batuk akibat metastase ke paru,
nyeri punggung akibat metastasis pada corpus
vertebrae, berat badan yang semakin turun dan anemia (Veronesi, 1997).
Tindakan pengobatan yang dilakukan pada kanker
stadim lanjut memiliki prognosis yang buruk. Sehingga diperlukan usaha
mendeteksi kanker payudara sedini mungkin. Usaha yang paling mudah dan murah
untuk dilakukan adalah pemeriksaan payudara sendiri.
1.
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
a
Definisi
SADARI merupakan pemeriksaan payudara sendiri
untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker payudara atau benjolan yang
memungkinkan adanya kanker payudara. Pemeriksaan payudara ini biasa disebut
dengan breast self exam (BSE) (Sukaca
dan Suryaningsih, 2009). Pemeriksaan payudara sendiri adalah usaha-usaha dari
individu untuk menemukan adanya kelainan-kelainan pada payudara yang merupakan
tanda-tanda tumor (Denogan, 1979).
Tujuan utama deteksi dini kanker payudara
adalah untuk menemukan kanker dalam stadium dini dengan cara mengetahui
benjolan yang memungkinan adanya kanker payudara, sehingga pengobatannya
menjadi lebih baik. Penelitian membuktikan 75-85% keganasan kanker payudara
dilakukan saat pemeriksaan payudara sendiri (Purwoastuti, 2008 ).
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya
dilakukan pada 7-10 hari setelah haid selesai karena pada saat itu payudara
terasa lunak. Tujuan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin adalah untuk
merasakan dan mengenal lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat
segera diketahui (Anangargo, 2008).
Pada wanita yang dalam masa reproduksi, SADARI
dilakukan antara hari ke-5 sampai ke-7 sesudah haid berhenti, setiap bulan
(Tambunan, 1993). Ketentuan ini berdasarkan pertimbangan bahwa payudara
dipengaruhi oleh perubahan hormonal akibat siklus haid. Peningkatan kadar
hormon estrogen dan progesteron selama fase luteal (hari ke 15-28 pada siklus
haid 28 hari) akan menyebabkan payudara mengalami pembengkakan dan rasa nyeri.
Hasil yang diperoleh akan menjadi biasa apabila dilakukan pemeriksaan.
Sementara hari ke-5 dan hari ke-7 setelah hari terakhir haid merupakan masa
dimana pengaruh kedua hormon ini paling minimal pada payudara, sehingga
payudara menjadi lebih lembek.
b
Tahapan Melakukan SADARI
Sadari dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu
melihat payudara di depan cermin secara teliti, meraba dan memijit putting
susu.
1) Melihat payudara di depan cermin
Melihat payudara bertujuan untuk mengetahui
adanya perubahan bentuk pada payudara, perubahan bentuk ataupun warna kulit,
dan perubahan bentuk putting susu. Melihat payudara dilakukan dengan cara duduk
atau berdiri di depan cermin dengan tubuh telanjang sampai batas pinggang dan
tidak menggunakan BH. Kedua lengan sejajar disamping tubuh. Payudara
diperhatikan dalam beberapa hal, seperti apakah payudara kanan dan kiri sejajar
(simetris), apakah putting susu tertarik ke satu sisi, apakah terjadi perubahan
pada warna kulit dan apakah kulit keriput. Kemudian mengangkat kedua lengan
untuk melihat apakah payudara tetap sejajar dan melihat poin pemeriksaan yang
lain seperti pada saat tangan disamping (Gilbert, 1993).
Pada payudara yang normal, maka payudara kanan
dan kiri atau sejajar dan sama ukurannya pada posisi tangan di samping maupun
pada saat kedua tangan diangkat. Putting susu yang normal juga akan melihat
sebagai bagian yang paling menonjol pada payudara, tidak tertarik kedalam
ataupun ke satu sisi (Gilbert, 1993).
2) Meraba payudara
Meraba payudara bertujuan untuk menemukan
benjolan yang abnormal dan adanya guratan-guratan kasar pada kulit payudara.
Meraba dilakukan dalam posisi berbaring telentang dengan salah satu tangan
dibawah kepala dan meletakkan bantalan kecil di bawah bahu. Dalam posisi
seperti ini payudara akan tersebar ke permukaan dinding dada sehingga lebih
tipis dan lebih mudah untuk menemukan adanya perubahan. Tangan yang dilipat
adalah tangan pada sisi payudara yang akan diperiksa dan bantal juga diletakkan
pada sisi payudara yang akan di periksa (Gilbert, 1993).
Perabaan dilakukan secara teratur pada semua
area payudara, dari putting susu sampai mencapai ketiak, dengan gerakan
melingkar sehingga tidak ada bagian yang terlewatkan. Bagian dari tangan yang
melakukan perabaan adalah bagian ujung dari jari telunjuk, jari tengah dan jari
manis. Yang perlu untuk mendapatkan perhatian ketika menemukan benjolan yang
abnormal adalah ukurannya, gerakannya, dan ada tidaknya nyeri pada saat
perabaan (Gilbert, 1993).
3) Memijat puting susu
Memijit putting susu bertujuan untuk melihat
apakah ada pergetahan yang abnormal pada putting susu. Hal ini dilakukan karena
salah satu tanda pada kanker payudara adalah keluarnya pergetahan yang abnormal
pada payudara. Jumlah dan warna cairan yang keluar ketika memijit putting susu,
merupakan dua hal yang harus menjadi perhatian. Cairan yang banyak dan berwarna
seperti darah merupakan salah satu tanda kanker payudara (Gilbert, 1993).
c
Pemeriksaan Lanjutan
Jika telah teraba yang mencurigakan, perlu
ditentukan diagnosis yang tepat untuk dapat diberikan penanganan optimal dengan
tindakan seminimal mungkin yaitu penangan dengan resiko yang kecil. Pemeriksaan
lanjutan adalah mammogram (foto diagnostis) dan sitologis (Wim, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar