Jumat, 04 Oktober 2013

Informasi

Menurut Davis dalam Rahmat (2010), informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Kendatipun semua orang setuju bahwa informasi merupakan unsur dasar dalam komunikasi, tetapi tidak seluruh orang sepakat mengenai pengertian informasi itu sendiri. Ada uang mengaitkannya dengan hal-hal yang baru, misalnya seseorang yang membaca berita –berita di surat kabar atau majalah. Ada pula yang menyamakan dengan ilmu pengetahuan, misalnya informasi yang dikandung sebuah buku ilmiah. Ada lagi yang mengidentifikasi dengan data dan angka-angka hasil penelitian. Bahkan ada pula yang tidak diketahui hubungannya disebut juga informasi (Widjaja, 2000).
Untuk memperluas pemahaman, Fisher (1986) mengelompokan berbagai pandangan mengenai konsep informasi antara lain: pertama, penggunaan istilah informasi untuk menunjukan fakta atau data yang dapat diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung. Manakala kita berbincang dengan lawan bicara kita; pada saat membaca Koran, majalah, buku, selebaran, spanduk, papan reklame; atau pada waktu kita mendengarkan radio atau menonton televisi, ketika itulah sejumlah data dan fakta kita serap dan kita simpan dalam ingatan kita (Widjaja, 2000).
 Pengumpulan data dan fakta, seperti yang dilakukan wartawan dalam menghimpun keterangan dan penjelasan dari sumber peristiwa berita, atau seorang detektif yang mengumpulkan bukti tentang kejahatan adalah contoh-contoh lainnya tentang pencarian informasi. Dalam pandangan yang pertama ini, informasi dikonseptualisasikan sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain,  dari satu medium ke medium yang lain, dari satu orang ke orang lain. Dengan demikian, informasi identik dengan wujud material yang dapat dikirimkan dan diterima melalui berbagai saluran, baik melalui media massa seperti surat kabar, radio, dan televisi; atau media komunikasi lainnya seperti telepon, facsimile, surat, telegram, kartu, gambar, buku, maupun komunikasi tatap muka, dan bahasa isyarat. Karena itu menurut pandangan ini, kuantitas informasi dapat “dihitung” dalam arti makin banyak usaha seseorang mengumpulkan data dan fakta, makin banyak informasi yang dimilikinya. Sesorang yang rajin megikuti segala bentuk media komunikasi, tentu akan memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan sesorang yang tidak memiliki minat mengetahui perkembangan disekitarnya (Widjaja, 2000).
Kedua, penggunaan istilah informasi untuk menunjukan makna data. Menurut pandangan ini, informasi berbeda dengan data. Informasi dalam arti, maksud atau makna yang dikandung data. Dalam hal ini peranan seseorang untuk memberikan makna pada data memegang posisi yang sangat penting. Suatu data baru dikatakan mempunyai nilai informasi jika memiliki nilai penafsirannya (Widjaja, 2000). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar