Keuntungan
menggunakan AKDR menurut Yetti (2011) adalah :
1)
Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya
tinggi
Sangat efektif dengan 0,6
– 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan).
2)
AKDR dapat efektif segera setelah
pemasangan.
3)
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi
dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4)
Sangat efektif karena tidak perlu
mengingat – ingat.
5) Tidak
mempengaruhi hubungan seksual.
6) Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7) Tidak
ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
8) Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9) Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi).
10) Dapat
digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11) Tidak ada interaksi dengan obat – obat.
12) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
1. Kerugian
Menurut Yetty (2012)
kerugian AKDR adalah :
1) Tidak
mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2) Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
3) Penyakit
radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR
Menurut
Saifuddin (2010) kerugian dari AKDR adalah :
1) Menoragi
2) Disminorea
3) Sedikit
peningkatan resiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR.
4) Peningkatan
resiko infeksi panggul.
5) AKDR
terlepas keluar.
6) Perforasi
uterus, usus dan kandung kemih.
7) Malposisi
AKDR.
8) Kehamilan
yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi.
2. Indikasi
Merupakan cara KB efektif terpilih yang
sangat di prioritaskan pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan dan
mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan (Saifuddin, 2010).
Yang dapat menggunakan AKDR menurut Saifuddin
(2010) adalah :
1) Usia
reproduktif.
2) Keadaan
nullipara.
3) Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui
yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
6) Resiko
rendah dari IMS.
7) Tidak
menghendaki metode hormonal.
8) Tidak
menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari.
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk pemasangan AKDR
menurut Wiknjosastro (2006) dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi
yang relatif dan kontraindikasi yang mutlak.
Yang termasuk ke dalam kontraindikasi
relatif ialah:
1) Mioma
uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus.
2) Insufisiensi
serviks uteri.
3) Uterus
dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi
mioma, dan sebagainya.
4) Kelainan
yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri.
Yang termasuk kontraindikasi mutlak
adalah:
1) Kehamilan.
2) Adanya
infeksi yang aktif pada traktus genitalis.
3) Adanya
tumor ganas pada traktus genetalis.
4) Adanya
metroragia yang belum disembuhkan.
5) Pasangan
yang tidak lestari.
4. Efek
samping
Efek samping yang mungkin terjadi
menurut Saifuddin (2010) adalah:
1) Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2) Haid lebih banyak dan lama.
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4) Saat haid lebih sakit.
5) Perforasi
dan translokasi.
5. Waktu
pamasangan
AKDR dapat dengan aman disisipkan
kapanpun setelah persalinan, abortus atau saat siklus haid. Angka ekspulsi dulu
lebih tinggi ketika AKDR plastik besar yang lebih kuno disisipkan lebih dini
dari delapan minggu postpartum. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa
AKDR tembaga dapat disisipkan antara empat hingga delapan minggu postpartum
tanpa peningkatan angka kehamilan, ekspulsi, perforasi uterus, atau
pengangkatan karena alasan perdarahan atau nyeri (Yetti, 2011).
Waktu pemasangan AKDR menurut Saifuddin (2010) :
1) Bersama
dengan menstruasi
2) Segera
setelah bersih menstruasi
3) Pada
masa akhir puerperium
4) Tiga
bulan pasca persalinan
5) Bersamaan
dengan seksio sesarea
6) Bersamaan
dengan abortus dan kuretage
7) Hari
kedua-ketiga pasca persalinan
AKDR dapat dipasang menurut Wiknjosastro
(2006) dalam keadaan :
1) Sewaktu
haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada
waktu ini dapat dilakukan pada hari – hari pertama atau pada hari – hari
terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini adalah :
a) Pemasangan
lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.
b) Rasa
nyeri tidak seberapa keras.
c) Perdarahan
yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
d) Kemungkinan
pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
2) Sewaktu
postpartum
Pemasangan
AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :
a) Secara
dini (immediate insertion) yaitu AKDR
dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
b) Secara
langsung (direct insertion) yaitu
AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
c) Secara
tidak langsung (indirect insertion)
yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus, atau
pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan
partus atau abortus.
3)
Sewaktu post abortus
Sebaiknya AKDR dipasang
segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu
adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi.
4) Beberapa
hari setelah haid
Wanita yang
bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang.
6. Petunjuk
bagi klien
1) Kembali
memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
2) Selama
bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama
setelah haid.
3) Setelah
bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid
apabila mengalami:
a) Kram/kejang
diperut bagian bawah
b) Perdarahan
(spotting) di antara haid atau
setelah senggama.
c) Nyeri
setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan
hubungan seksual.
4) Copper
T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih
awal apabila diinginkan.
5) Kembali
ke klinik apabila :
a) Tidak
dapat meraba benang AKDR
b) Merasakan
bagian yang keras dari AKDR.
c) AKDR
terlepas
d) Siklus
terganggu/meleset.
e) Terjadi
pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
f) Adanya
infeksi.
(Saifuddin, 2010)
7. Pencegahan
infeksi
1) Pemasangan
Untuk mengurangi resiko
infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus
berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai
berikut:
a) Tidak
melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil
pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.
b) Mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
c) Bila
perlu, menyuruh pasien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan
pemeriksaan penggul.
d) Gunakan
instrumen dan sepasang sarung tangan yang telah di DTT.
e) Setelah
memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik
beberapakali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
f) Masukkan
AKDR dalam kemasan sterilnya.
g) Gunakan
teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi
kavum uteri.
h) Buang
bahan – bahan terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan sekali pakai
(disposable)) dengan benar.
i)
Segera lakukan dekontaminasi peralatan
dan bahan – bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.
2) Pencabutan
Walau jarang dikaitkan
dengan infeksi panggul, pencabutan AKDR harus dilaksanakan dengan hati – hati.
Untuk mengurangi resiko pada petugas kesehatan selama pencabutan, tindakan
pencegahan infeksiberikut perlu dilakukan:
a) Cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.
b) Bila
perlu, minta klien membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksan
panggul.
c) Gunakan
instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di DTT.
d) Usapkan
larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum
memulai tindakan
e) Segera
lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan – bahan pakai ulang dalam larutan
klorin 0,5 setelah digunakan.
(Saifuddin,
2010)
8. Indikasi
pengeluaran AKDR
Indikasi pengeluaran
AKDR menurut Wiknjosastro (2006) adalah:
a) Permintaan
pasien.
b) Meno-metroragia.
c) Infeksi
pelvik.
d) Disparenia
9. Cara
memeriksa benang AKDR menurut Saifuddin (2010)
1) Datang ke tenaga kesehatan
2) Memeriksa sendiri dengan cara :
a)
Cuci tangan
b)
Duduk dalam posisi jongkok
c)
Masukan jari ke dalam vagina dan
rasakan benang di mulut rahim
d)
Cuci tangan setelah selesai
terimakasih banyak, sangat membantu sekali...
BalasHapushttp://landongobatherbal.com/obat-herbal-radang-panggul/