Jumat, 04 Oktober 2013

AKDR / IUD



Keuntungan menggunakan AKDR menurut Yetti (2011) adalah :
1)        Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi
Sangat efektif dengan 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
2)        AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3)        Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti).
4)        Sangat efektif karena tidak perlu mengingat – ingat.
5)      Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6)      Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
8)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
10)    Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah haid terakhir).
11)   Tidak ada interaksi dengan obat – obat.
12)   Membantu mencegah kehamilan ektopik.
1.      Kerugian
Menurut Yetty (2012) kerugian AKDR adalah :
1)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
2)      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
3)      Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR
Menurut Saifuddin (2010) kerugian dari AKDR adalah :
1)      Menoragi
2)      Disminorea
3)      Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR.
4)      Peningkatan resiko infeksi panggul.
5)      AKDR terlepas keluar.
6)      Perforasi uterus, usus dan kandung kemih.
7)      Malposisi AKDR.
8)      Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi.
2.    Indikasi
       Merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat di prioritaskan pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan dan mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan (Saifuddin, 2010).
        Yang dapat menggunakan AKDR menurut Saifuddin (2010) adalah :
1)      Usia reproduktif.
2)      Keadaan nullipara.
3)      Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4)      Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5)      Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
6)      Resiko rendah dari IMS.
7)      Tidak menghendaki metode hormonal.
8)      Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari.
3.    Kontraindikasi
       Kontraindikasi untuk pemasangan AKDR menurut Wiknjosastro (2006) dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi yang mutlak.
       Yang termasuk ke dalam kontraindikasi relatif ialah:
1)      Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus.
2)      Insufisiensi serviks uteri.
3)      Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio sesarea, enukleasi mioma, dan sebagainya.
4)      Kelainan yang jinak serviks uteri seperti erosio porsiones uteri.
       Yang termasuk kontraindikasi mutlak adalah:
1)      Kehamilan.
2)      Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis.
3)      Adanya tumor ganas pada traktus genetalis.
4)      Adanya metroragia yang belum disembuhkan.
5)      Pasangan yang tidak lestari.
4.      Efek samping
       Efek samping yang mungkin terjadi menurut Saifuddin (2010) adalah:
1)      Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
2)       Haid lebih banyak dan lama.
3)       Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4)       Saat haid lebih sakit.
5)      Perforasi dan translokasi.
5.    Waktu pamasangan
       AKDR dapat dengan aman disisipkan kapanpun setelah persalinan, abortus atau saat siklus haid. Angka ekspulsi dulu lebih tinggi ketika AKDR plastik besar yang lebih kuno disisipkan lebih dini dari delapan minggu postpartum. Meskipun demikian, penelitian menunjukkan bahwa AKDR tembaga dapat disisipkan antara empat hingga delapan minggu postpartum tanpa peningkatan angka kehamilan, ekspulsi, perforasi uterus, atau pengangkatan karena alasan perdarahan atau nyeri (Yetti, 2011).
     Waktu pemasangan AKDR menurut Saifuddin (2010) :
1)      Bersama dengan menstruasi
2)      Segera setelah bersih menstruasi
3)      Pada masa akhir puerperium
4)      Tiga bulan pasca persalinan
5)      Bersamaan dengan seksio sesarea
6)      Bersamaan dengan abortus dan kuretage
7)      Hari kedua-ketiga pasca persalinan

       AKDR dapat dipasang menurut Wiknjosastro (2006) dalam keadaan :
1)      Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari – hari pertama atau pada hari – hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ini adalah :
a)      Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.
b)      Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c)      Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
d)     Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
2)      Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan :
a)      Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
b)      Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus.
c)      Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus, atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus.
3)        Sewaktu post abortus
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi.
4)      Beberapa hari setelah haid
Wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang.
6.      Petunjuk bagi klien
1)      Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan AKDR.
2)      Selama bulan pertama mempergunakan AKDR, periksalah benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.
3)      Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
a)      Kram/kejang diperut bagian bawah
b)      Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama.
c)      Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
4)      Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5)      Kembali ke klinik apabila :
a)      Tidak dapat meraba benang AKDR
b)      Merasakan bagian yang keras dari AKDR.
c)      AKDR terlepas
d)     Siklus terganggu/meleset.
e)      Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
f)       Adanya infeksi.
(Saifuddin, 2010)
7.      Pencegahan infeksi
1)      Pemasangan
Untuk mengurangi resiko infeksi pasca pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi dengan cara sebagai berikut:
a)      Tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS.
b)      Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan.
c)      Bila perlu, menyuruh pasien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksaan penggul.
d)     Gunakan instrumen dan sepasang sarung tangan yang telah di DTT.
e)      Setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan larutan antiseptik beberapakali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan.
f)       Masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya.
g)      Gunakan teknik “tanpa sentuh” pada saat pemasangan AKDR untuk mengurangi kontaminasi kavum uteri.
h)      Buang bahan – bahan terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung tangan sekali pakai (disposable)) dengan benar.
i)        Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan – bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.
2)      Pencabutan
Walau jarang dikaitkan dengan infeksi panggul, pencabutan AKDR harus dilaksanakan dengan hati – hati. Untuk mengurangi resiko pada petugas kesehatan selama pencabutan, tindakan pencegahan infeksiberikut perlu dilakukan:
a)      Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah tindakan.
b)      Bila perlu, minta klien membersihkan daerah genitalnya sebelum melakukan pemeriksan panggul.
c)      Gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di DTT.
d)     Usapkan larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina sebelum memulai tindakan
e)      Segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan – bahan pakai ulang dalam larutan klorin 0,5 setelah digunakan.
(Saifuddin, 2010)
8.      Indikasi pengeluaran AKDR
Indikasi pengeluaran AKDR menurut Wiknjosastro (2006) adalah:
a)      Permintaan pasien.
b)      Meno-metroragia.
c)      Infeksi pelvik.
d)     Disparenia
9.      Cara memeriksa benang AKDR menurut Saifuddin (2010)
1)      Datang ke tenaga kesehatan
2)      Memeriksa sendiri dengan cara :
a)      Cuci tangan
b)      Duduk dalam posisi jongkok
c)      Masukan jari ke dalam vagina dan rasakan benang di mulut rahim
d)     Cuci tangan setelah selesai

1 komentar:

  1. terimakasih banyak, sangat membantu sekali...

    http://landongobatherbal.com/obat-herbal-radang-panggul/

    BalasHapus