Jumat, 04 Oktober 2013

Remaja dan Perkembangannya

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranan seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak valid sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangan yang pasti. Dalam perkembangan seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu meraka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa ( Guntur ,2009 ).
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan sesorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semaik kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri meraka ( Guntur , 2009 ).
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Folicle stimulating hormone (FSH) 2)Luteinizing hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesteron: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik meraka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa meraka pada dunia remaja ( Guntur , 2009 ).
 Definisi tentang arti kesehatan Reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : keadaan fisik, mental, dan social yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan system, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga mencakup hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, jarak kelahiran anak, dan menentukan kelahiran anak mereka (Wijayanti, 2009)
Kesehatan Reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah upaya kesehatan pada umumnya tercapai namun sekarang setelah taraf kesehatan semakin merata, maka upaya pencapaian kesehatan Reproduksi dilakukan setaraf dengan pencapaian kesehatan lainnya.
Jangkauan kesehatan Reproduksi dalam hal ini lebih luas lagi yaitu upaya mencapai tingkat keamanan ibu dan anak dalam proses kehamilan, proses persalinan dan nifas. Masalah infertilitas dan endokrinologi Reproduksi, antara lain tumor / keganasan pada wanita, khususnya yang berkaitan pada organ, yaitu uterus (rahim), ovarium (indung telur) dan vagina (Wijayanti, 2009).Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badan dan pematangan organ-organ Reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentan usia remaja. Mereka adalah calon generasi penerus bangsa dan akan mejadi orang tua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di maas depan (Jameela, 2008).
Selama ini seluk beluk kesehatan Reproduksi remaja masih belum cukup dipahami baik oleh orang tua, guru, pemuka masyarakat, tokoh masyarakat dan remaja itu sendiri. Akibatnya remaja tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk menghadapi berbagai perubahan, gejolak dan masalah yang sering timbul pada masa remaja. Sehingga mereka terjebak dalam masalah fisik, psikologis dan emosional yang kadang-kadang sangat merugikan seperti, depresi, kehamilan tak diharapkan, penyakit dan infeksi menular seksual, hal ini tidak akan terjadi bila mereka mendapat informasi yang benar.
Informasi tentang kesehatan Reproduksi bagi remaja akan berguna untuk :
1.      Meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja maupun orang dewasa mengenai pentingnya kesehatan reproduksi Remaja (KRR)
2.      Mempersiapkan remaja menghadapi dan melewati masa pubertas yang sering kali cukup berat
3.      Melindungi anak dan remaja dari berbagai resiko kesehatan reproduksi terhadap infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS serta kehamilan tak diharapkan (KTD)
4.      Membuka akses pada informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui sekolah maupun luar sekolah (Ciptorini, 2007).
Untuk mengejar ketinggalan dari masalah yang terus berlipat ganda bagai deret ukur dibutuhkan lebih dari sekedar pencanangan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Begitu banyak hal terkait yang bias dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah dengan berbagai pihak antara lain : mengkaji ulang dan membuka peluang perubahan aturan, hokum dan perundangan : seperti undang-undang nomer 1 tahun 1974 yang memberikan celah bagi terjadinya pernikahan dini, dan undang-undang nomer 20 tahun 1992 yang mengganjal layanan kesehatan reproduksi untuk remaja putrid yang belum menikah, serta seluruh aturan dan kebijakan yang dibuat berlandaskan undang-undang tersebut (Jameela, 2008).
Kejadian yang penting dalam pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis. Menstruasi merupakan proses pelepasa dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi pertama (menarche) pada remaja putrid sering terjadi pada usia 11 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada rentan usia 8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduksi  pada kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarche sampai terjadinya menopause (Medicastore, 2008).
Kematangan seksual atau kematangan fisik yang normal itu umumnya berlangsung pada usia 11 sampai 18 tahun. Namun ada kalanya juga kematangan tersebut lebih cepat atau lebih lambat dari 11-18 tahun. Sebab dari percepatan atau kelambatan tadi belum dapat diterangkan dengan jelas. Namun ada pendapat yang mengatakan, bahwa peristiwa ini disebabkan antara lain oleh pengaruh ras, iklim setempat, cara hidup yang semuanya itu mempengaruhi kematangan fisik tersebut.
Kematangan seksual atau kematangan fungsi jasmaniah yang biologis ini berupa kematangan kelenjar kelamin yaitu testis pada anak laki-laki dan ovarium pada anak perempuan, beserta membesarnya alat-alat kelaminnya (ciri kelamin primer). Sebelumnya peristiwa ini didahului oleh tanda-tanda kelami sekunder, yang secara kronologis mendahului cirri-ciri kelamin primer. Selanjutnya tanda kelamin sekunder itu antara lain ialah : gangguan pada peredaran darah, berdebar-debar, menggigil, mudah capek, dan kepekaan yang makin meninggi dari system syaraf : pertumbuhan rambut pada alat kelami dan ketiak, tumbuhnya kumis dan jambang pada anak laki-laki, dan perubahan suara. Disamping ini kita melihat pula gejala-gejala khusus pada anak-anak perempuan yaitu : meluasnya dan tumbuhnya payudara, menebalnya lapisan lemak disekitar pinggul, paha, dan parut (Kartono, 2006).
Bagi remaja putrid, mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur pada masa-masa awal adalah hal yang normal. Mungkin saja remaja putrid mengalami jarak antara 2 siklus berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan terjadi 2 siklus. Namun jangan khawatir, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur.






Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari sikuls menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14 terjadi pelepasan telur dari ovarium (disebut ovulasi) sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopi. Didalam tuba falopi dapat terjadi pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan sel telur akan masuk ke dalam tahaim dan mulai tumbuh menjadi janin sehingga terjadilah kehamilan. Pada sekitar hari ke 28, jika tidak terjadi pembuahan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadilah perdarahan atau disebut sebagai siklus menstruasi (Medicastore, 2008)
Siklus menstruasi dibagi menjadi 3 fase yakni:







1.      Fase folikuler
Fase polikuler dimulai dari hari ke1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (Ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase polikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh dan yang lainnya hancur. Sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone. Endometrium terdiri dari 3 lapisan lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.

2.      Fase ovulator
Fase ovulator dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melapaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3.      Fase lutral
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesterone. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini memelihara hormonya luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri (Medicastore, 2008).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar