Jumat, 04 Oktober 2013

Bermain pada Anak



A.     Terapi Bermain
1.        Pengertian
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial (Widyasari, 2009).
Bermain adalah suatu cara mengoptimalkan kemampuan kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak dengan cara memberikan stimulasi (Aswin, 2009).
Terapi bermain adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat perkembangan motorik bayi ataupun balita dengan berbagai jenis permainan sesuai dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki anak sehingga anak tidak mengalami gangguan perkembangan (Aswin, 2009).
2.        Manfaat Bermain
a.        Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak,
b.       Memenuhi kebutuhan emosi anak,
c.        Mengembangkan kreatifitas anak,
d.       Sebagai nilai terapeutik karena bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan,
e.        Membantu proses sosialisasi anak (Irwan, 2004).


3.        Bentuk Permainan Anak
Menurut Soedjatmiko (2009), bentuk permainan anak dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu Permainan Aktif, Permainan Pasif dan Permainan Fantasi.
a.      Permainan Aktif
Permainan aktif adalah permainan yang biasanya melibatkan lebih dari satu orang anak. Bentuknya bisa berupa olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan kinestesik dan lebih jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih keunggulan, serta belajar bertahan dalam persaingan. Bentuk permainan seperti ini secara tidak langsung juga melatih aspek kognitif anak untuk belajar mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan, serta mengasah aspek afektif anak untuk bersikap sportif dan belajar menerima kekalahan ketika ia gagal.
b.       Permainan Pasif
Permainan pasif adalah permainan yang bersifat mekanis dan biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata, bentuk konkretnya seperti main game dan menonton TV. Dalam kondisi tertentu, ketergantungan terhadap permainan pasif bisa menghambat kreativitas anak. Anak menjadi kurang kreatif karena terbiasa dengan program yang sudah siap pakai.
c.        Permainan fantasi
Permainan fantasi adalah permainan imajinasi yang diciptakan sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika bermain boneka. Sebenarnya ia memiliki fantasi dan imajinasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui boneka itu. Permainan seperti ini baik untuk kecerdasan otak kanan karena dengan sendirinya anak belajar berperan dengan berbagai karakter yang diciptakannya, merasakan sisi emosional tokoh-tokoh yang ada dalam imajinasinya, serta lambat laun akan memahami nilai baik dan buruk sebuah sikap dan sifat. Namun, sebaiknya anak diberikan ruang dan waktu untuk bermain secara berimbang antara permainan aktif, pasif dan fantasi agar kecerdasan otaknya juga seimbang.
4.        Jenis Permainan
Untuk memilih mainan yang sesuai umur dan perkembangan anak, dibagi menjadi tiga, yaitu :
a.        Mainan untuk tahap sensorik motorik anak (0-1 tahun)
Pada tahap ini anak sudah bisa menikmati gerakan demi gerakan, dalam taraf belajar menguasai dan mengkoordinasikan ketrampilan motorik halus dan motorik kasar. Dalam bermain anak mulai mempraktekan dan mengendalikan gerakannya serta menggali pengalaman dengan penglihatan, suara, sentuhan (Siswono, 2004).
Jadi sejak usia 2-3 bulan ketika anak sudah mulai bisa diajak berkomunikasi atau bereaksi terhadap keadaan sekitarnya (contoh : gerakan tangan atau permainan mimik sang ibu) maka anak sudah bisa diberi mainan (Siswono, 2004).

Pada tahap ini mainan sebaiknya yang tahan banting, tidak mudah tertelan, mainan yang bersuara mengandung unsur warna tapi tidak beracun, bisa di gigit-gigit, di banting, di putar-putar atau di pukul-pukul (Siswono, 2004).
Mainan yang bisa mengembangkan sensorik, merangsang gerakan dan konsentrasi mata serta belajar menggapai dan mengenalkan warna permainan yang berbau dan berwarna, contoh mainan yang digantung di boks dengan berbagai warna (Widyasari, 2009).
Selepas ini perkembangan anak tidak berhenti sampai disini, maka perlu diperkaya lagi sesuai dengan perkembangan kemampuan motoriknya tersebut misalnya dengan sepeda roda tiga, menyusun manik dan lain-lain (Widyasari, 2009).
b.       Mainan Masa Balita (1-3 tahun)
Pada tahap ini sudah menggunakan simbol dan bermain mempelajari bahasa dan belajar membuat sesuatu, seperti : anak usia 3 tahun lebih suka bermain dalam kelompok kecil dan mempelajari kehidupan dengan permainan berpura-pura (make belive play). Anak juga mulai mengembangkan keterampilan bahasa dengan mengucapkan kalimat sederhana tentang sesuatu yang dilihatnya dalam gambar dan bertanya jawab. Oleh karena itu diperlukan orang tua yang mau bercerita pada anak (Gunardi, 2008).
Selain itu pada tahap ini anak mulai mengembangkan kecerdasan (mengenal warna, berhitung), melatih daya imajinasi,  mempraktekan beberapa ketrampilan barunya seperti menamai, mencocokan, menebak, atau membandingkan (Gunardi, 2008).
 Anak juga menyukai aktifitas fisik, bergerak kesana-kemari untuk mengembangkan motorik kasar dan halus seperti belajar masuk, keluar, naik turun.  Mainan yang bisa membantu perkembangan motorik halus dan kasar adalah mainan yang bisa membuat anak menggerakkan seluruh anggota badan, contoh motorik halus yaitu bola, kantong berisi biji-bijian, kardus dengan berbagai ukuran, lilin, air, pasir, puzzle sederhana (Gunardi, 2008).
c.        Mainan Tahap Prasekolah Akhir (3-5 Tahun)
Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal-hal disekitarnya. Anak mulai bermain fantasi dan mempelajari model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain.
Alat permainan yang dianjurkan , misalnya buku, majalah, alat tulis, balok, dan aktivitas berenang. Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Pada masa ini bermain mempunyai tuuan sebagai berikut :
1)       Mengembangkan kemampuan berbahasa, berhitung, serta menyamakan dan membedakan.
2)       Merangsang daya imajinasi
3)       Menumbuhkan sportivitas, kreativitas, dan kepercayaan diri.
4)       Memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong royong, dan kompetisi
5)       Mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi.
Menurut Soedjatmiko (2006), anak usia 5 tahun mulai memerlukan materi kreatif maka diperlukannya alat-alat bermain yang bersifat edukatif (APE) misal;
1)        Untuk mengenalkan pada alam bisa dengan kaca pembesar, air, pasir, tempat makan burung, berbagai daun dan bunga (mainan yang berasal dari alam).
2)        Untuk mengenal penjumlahan bisa dengan papan dengan kartu nomor, wadah dengan berbagai bentuk dan ukuran, benda-benda kecil untuk dihitung, atau kertas gambar bertuliskan angka.
3)        Untuk mengenalkan panca indera bisa dengan mainan yang berbau, bisa dicium, bisa dimakan yang memiliki aneka rasa (manis, asin, asam), kotak berlubang untuk meraba benda di dalamnya.
Alat terapi bermain yang digunakan tidak jauh-jauh dari permainan anak-anak, seperti rumah boneka dan perlengkapannya, boneka tangan, lempar tanah yang aman dan lainnya. Memang tidak bisa dikatakan ada permainan khusus untuk terapi bermain tapi ada alat-alat yang tidak diperjualbelikan di toko anak-anak biasa. Dalam terapi bermain, metode yang digunakan adalah metode kognitif, yaitu pengungkapan masalah dengan bercerita, yang dibantu alat bermain (Tedjasyahpoetra, 2009).
Kegunaan dari terapi bermain sendiri adalah membantu anak yang memiliki masalah emosional, kecemasan karena stress, tekanan atau depresi. Sehingga perasaan-perasaan tadi bisa berkurang dan anak-anak diharapkan bisa mengatasi masalahnya sendiri. Seorang anak yang mampu mengatasi permasalahan emosinya diharapkan menjadi individu yang lebih percaya diri, tahu kelemahan dan kelebihan sehingga mereka siap menghadapi tantangan di jamannya (Tedjasyahpoetra, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar