Jumat, 04 Oktober 2013

Kecemasan

Kecemasan merupakan faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas tidur. Menurut kamus psikologis Chaplin (2000) kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, samar-samar dan konfliktual (Kaplan,1997).
Kecemasan adalah perasaan takut yang bersifat relatif lama pada suatu yang tidak jelas dan berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya, kodisi tersebut juga diikuti oleh perasaan isolasi, mengasingkan diri dan perasaan tidak aman, keadaan emosi tersebut tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart dan Laraia,1998). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) kecemasan adalah emosi dan pengalanan individu yang terlihat, kecemasan merupakan sebuah energi yang tidak dapat diobservasi secara langsung, kecemasan juga merupakan emosi tanpa obyek tertentu, hal tersebut dibuktikan dengan sesuatu yang tidak diketahui dari semua pengalaman baru seperti masuk sekolah, mengawali pekerjaan baru atau melahirkan seorang anak.
Stuart dan Sundeen (1998) berpendapat bahwa individu yang cemas merasa bahwa kepribadiannya terancam, kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

 Respon Adaptif                                             Respon Maladaptif


Antisipasi       Ringan            Sedang                     Berat                 Panik
 
           
 
             

Gambar 1. Rentang respon kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998)
1.      Gambaran klinis.
Hawari (2002) mengemukakan gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronis (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan baik akut maupun kronis mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2:1 dan diperkirakan antara 2-4% diantara penduduk saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas.
Hawari (2002) mengemukakan keluhan-keluhan yang sering dilontarkan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan adalah sebagai berikut:
a.       Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
b.      Merasa tegang, tidak tegang, gelisah, mudah terkejut.
c.       Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d.      Ganguan pola tidur dan mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.       Ganguan konsentrasi dan daya ingat.


2.      Tingkatan kecemasan
Kaplan (1997) yang mengatakan kecemasan dibedakan menjadi kecemasan normal dan patologik. Sedangkan dalam Diaqnostic and Satistic Manual of Mental Diserders-IV (DSM-IV) yang dikutip Kaplan & Sadock (1997) gangguan kecemasan meliputi gangguan panik dengan tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial, gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan karena kondisi medis umum, gangguan kecemasan akibat zat dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan.
Sedangkan klasifikasi kecemasan menurut Stuart dan Laraia (1998) dibagi menjadi empat tingkat (level) yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik.
Manifestasi gejala kecemasan berdasarkan tingkatannya adalah:
a.       Cemas ringan.
Merupakan kecemasan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lapang persepsinya, individu melihat, mendengar serta memegang secara lebih dibanding sebelumnya. Kecemasan pada tingkatan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan perkembangan serta kreatifitas.
b.      Cemas sedang.
Kecemasan pada tingkatan ini memungkinkan seseorang hanya berfokus pada persoalan yang sedang dihadapi, melibatkan penyempitan lapang persepsi sehingga individu kurang melihat, mendengar dan menggenggam dibanding sebelumnya. Individu menahan beberapa area terpilih tetapi dapat menyelesaikan jika diarahkan.
c.       Cemas berat
Kecemasan berat ditandai oleh penurunan lapang persepsi, individu cenderung berfokus pada sesuatu yang khusus dan detail dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Semua tingkah laku ditujukan pada pengurangan kecemasan dan memerlukan banyak bimbingan untuk berfokus pada area yang lain.
d.      Panik.
Panik berhubungan dengan perasaan takut, ketakutan dan teror karena kehilangan kendali/kontrol secara lengkap, individu tidak edapat melakukan sesuatu walaupun dengan bimbingan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsinya menyimpang dan kehilangan pikiran yang rasional.
3.      Gangguan kecemasan
Frisch & Frisch (1998) mengemukakan ganguan kecemasan dibagi menjadi enam tingkatan dengan karakteristik gejalanya yang meliputi:
a.       Ganguan kecemasan umum.
Merupakan kecemasan yang berfokus pada kejadian atau aktifitas hidup. Tanda dan gejala meliputi : gelisah, fatique, sulit berkonsentrasi (kelelahan abnormal), mudah tersinggung, ketegangan otot dan gangguan tidur.
b.      Gangguan panik
Ganguan panik adalah episode kecemasan yang berbeda yang terus menerus dan di mulai secara mendadak dan mencapai puncak dalam waktu 10 menit. ditandai dengan Palpitasi, berkeringat, gemetar, nafas pendek, perasaan tersedak, nyeri dada, mual, pusing, marah akibat kehilangan kontrol, marah akibat dying (berduka) atau kegagalan dan perasaan gangguan realitas.
c.       Agora Phobia
Merupakan kecemasan akut yang muncul ditempat yang ramai, takut sendirian, katut terhadap beberapa kondisi fisik dimana individu berusaha melarikan diri dari masalah. Gejala yang menyertai agora phobia adalah rasa cemas yang terus menerus dan takut kehilangan kontrol yang menyebabkan perasaan takut dan berusaha menghindari situasi yang menyebabkan kecemasan.
d.      Phobia.
Phobia adalah ketakutan yang menetap atau tidak beralasan pada situasi atau objek tertentu. Ketakutan ini berkembang diantara populasi umum. Gejala phobia adalah ketakutan yang diikuti dengan peningkatan aktifitas kehidupan.
e.       Gangguan obsessive compulsive.
Kelainan ini ditandai dengan pengulangan secara tidak sengaja, pikiran-pikiran yang tidak dapat diabaikan oleh seseorang dan melakukan aktivitas yang diulang-ulang yang diduga untuk mengurangi kecemasan. Obsessive compulsive dilakukan untuk mengatasi kecemasan yang hebat, gejala yang menyertai adalah individu menyadari bahwa pikiran dan perilakunya tidak beralasan.
Kaplan (1997) menjelaskan pada gangguan kecemasan atau kecemasan patologis, untuk mendiagnosis didasarkan pada ketentuan atau kriteria tanda dan gejala yang tercantum dalam DSM-IV sesuai dengan klasifikasinya.
4.      Penyebab.
a.       Faktor Predisposisi.
1)      Teori Psikologis.
a)      Teori Psikoanalitik.
Kalpan (1997) kecemasan adalah suatu dorongan yang tidak dapat diterima untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar, kecemasan merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian id dan super ego dan berfungsi mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b)      Teori Perilaku.
Teori perilaku menyebabkan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik, teori perilaku dengan pendekatan kognitif pada kecemasan menyatakan bahwa pada berfikir yang salah atau tidak produktif menyertai atau mendahului perilaku maladaptif dan gangguan emosional, menurut salah satu model pasien yang menderita gangguan kecemasan cenderung menilai lebih terhadap derajat bahaya dan kemungkinan bahaya didalam situasi tertentu dan cenderung menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi ancaman yang datang kepada kesehatan fisik atau psikologisnya (Kaplan, 1997).
c)      Teori Interpersonal
Menurut Hartoyo (2004) kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal, kecemasan ini berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan atau kehilangan yang menimbulkan kelemahan tertentu.
d)     Teori Eksistensial
Teori eksistensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan umum dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasikan secara spesifik untuk suatu perasaan kecemasan yang kronis. Konsep inti dari teori eksistensial adalah bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol didalam dirinya, perasaan yang mungkin lebih mengganggu dari pada penerimaan kematian mereka yang tidak dapat di hindari .
2)      Teori Biologis
Kajian biologis menunjukan adanya komponen yang terlibat dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan (Kaplan, 1997).


b.      Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (1998) stresor pencetus dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yang meliputi :
1.       Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari -hari.
2.       Ancaman terhadap sistem diri meliputi hal-hal yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi integritas sosial.
5.      Manajemen kecemasan
Manajemen kecemasan baik pada tahap pencegahan maupun terapi menurut Hawari (2002) memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holisrik yang mencakup fisik (somatik), psikologik, psikososial dan psikoreligius.
6.      Pengukuran tingkat kecemasan
Test-test kecemasan dengan pertanyaan langsung, mendengarkan kriteria penderita, serta mengobservasinya terutama perilaku non verbal. Ini sangat berguna dalam menentukan adanya kecemasan dan untuk mengetahui tingkatannya. Penting untuk diketahui adalah adanya tanda-tanda tremor, tatapan mata kurang atau menerawang, kurang senyum, otot-otot muka lebih mudah dikontrol. Oleh karena itu penderita dapat saja berpura-pura tidak cemas, tetapi gerakan lain seperti tersebut diatas kurang dapat dikontrol.
Pengukuran tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) (Nursalam, 2003). Adapun penilaian HARS adalah:
0  :   tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1  :   ringan (satu gejala dari pilihan yang ada)
2  :   sedang (separuh dari gejala yang ada)
3  :   berat (lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4  :   sangat berat (semua gejala ada)
Sedangkan derajat kecemasan dikategorikan dengan cara:
Score <6 (tidak ada kecemasan)
6-14 (kecemasan ringan)
15-27 (kecemasan sedang)

>27 (kecemasan berat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar