Jumat, 04 Oktober 2013

Bayi Baru Lahir Rendah



Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir ( Depkes RI, 2007)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Abdul Bari Saifudin, 2006)
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram, bayi berat lahir rendah mungkin prematur mungkin juga cukup bulan. (Wiknjosastro, 2007)
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas dengan BBLR karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh 1) umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur); 2) bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (Kecil Masa Kehamilan/Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Intra Uterine Growth Retardation); atau karena kombinasi keduanya. (Wiknjosastro, 2007)
Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya, artinya bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri. (Syafrudin, 2009)
Umumnya janin dengan Kecil Masa Kehamilan (KMK) memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. (Bobak et all, 2004)


Ciri-ciri dan masalah kedua bentuk BBLR (Sesuai Masa kehamilan (SMK) dan Kecil Masa Kehamilan (KMK)) ini berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan gambaran umum kehamilan sebagai berikut (Wiknjosastro, 2007):
1)    Mengetahui hari pertama haid terakhir
2)    Bunyi jantung pertama yang dapat didengar (kehamilan 18-22 minggu)
3)    Fetal quickening minggu ke-16 dan minggu ke-18
4)    Pemeriksaan tinggi fundus uteri dan pemeriksaan USG
5)    Penilaian secara klinik meliputi berat badan lahir, panjang badan, lingkar dada dan lingkar kepala atau dengan cara Ballard dkk (1979) yang menggunakan kriteria neurologik dan kriteria fisik eksternal (Wong, 2003)

a.    Etiologi
1)    Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR menurut Dikes Provinsi NTB (2007), adalah:
a)    Ibu hamil pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b)    Jarak kehamilan terlalu pendek (kurang dari 2 tahun)
c)    Ibu dengan riwayat BBLR sebelumnya
d)    Ibu yang mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat
e)    Status ekonomi rendah
f)     Ibu dengan berat badan kurang dan kurang gizi
g)    Ibu perokok, pengguna obat terlarang dan alkohol
h)   Ibu dengan Anemia Berat
i)     Ibu dengan Pre Eklamsia atau Hipertensi
j)      Ibu dengan infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih, ginjal), hepatitis, IMS
k)    Ibu dengan kehamilan ganda
l)     Bayi dengan cacat bawaan
m)  Bayi dengan infeksi selama dalam kandungan

2)    Menurut Wiknjosastro (2007)
Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematur:
a)    Faktor ibu: riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, paritas, infeksi, trauma, dan lain-lain.
b)    Faktor janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
c)    Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
d)    Kebiasaan: pekerjaan yang melelahkan, merokok, tidak diketahui
Sedangkan etiologi terjadinya bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah:
a)    Faktor ibu: hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit   paru kronik) gizi buruk, pengguna obat terlarang, peminum alkohol
b)    Faktor uterus dan plasenta: kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas
c)    Faktor janin: ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan
d)    Penyebab lain: status ekonomi yang rendah, tidak diketahui

b.    Klasifikasi BBLR
BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK). Dismaturitas ialah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya atau bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK). (Syafrudin, 2009)
Klasifikasi berdasarkan usia kehamilan, BBLR diklasifikasikan menjadi Bayi Prematur (< 37 minggu/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)) dan bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin (Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa Kehamilan (KMK)). Sedangkan berdasarkan grafik pertumbuhan dalam tahun bisa dibedakan menjadi Kecil Masa Kehamilan (KMK), Sesuai Masa Kehamilan (SMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Akan tetapi karena sering kali seorang ibu lupa kapan hari pertama menstruasi terakhirnya maka secara umum semua bayi dengan berat badan <2500 gram dianggap BBLR, terlepas dari apakah bayi tersebut prematur atau Perkembangan Janin terhambat (PJT).
Klasifikasi berdasarkan berat badan (Abdul Bari Saifuddin, 2006), BBLR dibedakan atas:
1)    Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1500-2500 gram
2)    Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1499 gram
3)    Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat lahir <1000 gram

c.    Tanda dan Gejala BBLR
1)    Tanda-tanda bayi prematur/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) menurut Dikes Provinsi NTB (2007) yaitu:
a)    Kulit tipis, mengkilat dan tembus cahaya
b)    Tulang rawan telinga sangat lunak dan fleksible
b)    Lanugo banyak terutama pada punggung (untuk yang sangat prematur lanugo belum ada)

c)    Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
d)    Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus terlihat
e)    Lemak subkutan kurang
f)     Ubun-ubun dan sutura lebar
g)    Pola pemafasan tidak teratur
h)   Aktifitas dan tangisnya lemah
i)     Menghisap dan menelan tidak efektif
j)      Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
k)    Pada bayi laki-laki skrotum tampak mulus (belum banyak rugae) dan testis kadang belum turun
l)     Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
2)    Tanda-tanda bayi Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa Kehamilan (KMK) menurut Dikes Provinsi NTB (2007) dan Syafrudin (2009), yaitu:
a)    Umur janin cukup tapi beratnya kurang dari 2500 gram
b)    Gerakannya aktif dan tangisnya kuat
c)    Kulitnya keriput, lemak dibawah kulitnya tipis
d)    Bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora
e)    Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
f)     Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
g)    Menghisap kuat

d.    Masalah pada BBLR
1)    Masalah bayi BBLR Prematur (Sesuai Masa Kehamilan) menurut Wiknjosastro (2007):
Alat tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Sebagian besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur. Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut:
a.    Suhu tubuh yang tidak stabil
b.    Gangguan pernapasan
c.    Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
d.    Immatur hati
e.    Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fisilogis
f.     Gangguan imunologik
g.    Perdarahan intraventrikuler
h.    Retrolental fibroplasia

2)    Masalah bayi BBLR Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa kehamilan (KMK) menurut Wiknjosastro dan Dikes Provinsi NTB (2007):
Pada bayi-bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK), alat-alat dalam tubuhnya sudah bertumbuh  lebih baik bila dibandingkan dengan bayi prematur dengan berat yang sama. Dengan demikian, bayi KMK yang tidak prematur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian, harus waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan baik, seperti:
a.    Aspirasi mekoneum yang sering diikuti pneumotoraks.
b.    Hipoglikemia
c.    Keadaan lain yang mungkin terjadi seperti asfiksia, perdarahan paru yang masif, hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom, cacat bawaan oleh karena infeksi intrauterin, dan sebagainya.

e.    Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindrom gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, diplasia bronkopulmunel, retrolental fibriplasia, infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosa ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dll). (Wiknjosastro, 2007)
Sekarang ada 955 atau lebih peluang bertahan hidup pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan antara 1.501 dan 2.500 gram, tetapi bayi-bayi dengan berat badan kurang masih mempunyai mortalitas yang lebih tinggi. (Behrman, 1999)




f.     Penatalaksanaan
Penanganan BBLR menurut Dikes Provinsi NTB (2007):
Pada dasarnya ada 4 hal yang harus dilakukan bila dihadapkan dengan BBLR  yaitu :
a.    Inisiasi pernapasan spontan
b.    Stabilisasi suhu
c.    Pemberian nutrisi ASI (ASI dini dan Ekslusif)
d.    Mencegah dan menangani infeksi yang mungkin timbul
1.    Tata Laksana Saat Lahir
Tata laksana saat lahir mencakup:
a)    Penilaian BBLR saat lahir, dengan menggunakan dua parameter yaitu:
a)    Bernapas spontan atau menangis
b)    Air ketuban (keruh atau tidak)
b)    Asuhan bayi baru lahir
1.    BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir Tanpa Asfiksia. Bayi tersebut bernapas baik dan warna air ketuban bersih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan asuhan BBLR Tanpa Asfiksia sbb:
a)    Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
b)    Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi
c)    Segera memberi ASI dini (IMD)
d)    Tunda memandikan bayi
e)    Profilaksis suntikan vit.K 1 mg dosis tunggal IM pada paha kiri anterolateral
f)     Antibiotik salep mata
g)    Perawatan tali pusat: kering, bersih, dan tidak dibubuhi apa pun dan terbuka
h)   Bila berat lahir ≥2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
2.    BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan dalam kategori lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi dan tahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan. Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil penilaian APGAR Score.



2.    Tata Laksana Setelah Lahir
Timbang berat bayi setelah lahir (0-24 jam)
a)    Lakukan pemeriksaan fisik
b)    Jaga bayi tetap hangat:
1)    Jaga bayi selalu ”kontak kulit ke kulit” dengan ibunya
2)    Tutupi ibu dan bayi dengan selimut atau kain yang hangat
3)    Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi
c)    Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan memberikannya dengan cangkir) sesegera mungkin.
d)    Periksa pernapasan, suhu, warna kulit, dan minum ASI (menghisap) setiap 30-60 menit) selama 6 jam
e)    Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
f)     Sarankan ibu dan keluarga selalu mencuci tangan sebelum memegang BBLR
g)    Kunjungi bayi minimal dua kali dalam minggu pertama dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu sampai berat badan bayi 2500 gram. Berat badan bayi harus naik paling kurang 15 gram sehari atau 100 gram per minggu

3.    Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
a)    Hubungan umur ibu dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan hasil kehamilan. Pada umur < 20 tahun atau ≥ 35 tahun resiko terjadinya prematuritas dan komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada usia < 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Rukiyah, 2007).

Selain itu, pada usia di bawah 20 tahun secara psikologis belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Ibu menjadi tidak memperhatikan kehamilannya, salah satunya berdampak berupa kurangnya asupan gizi selama hamil, yang akhirnya mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan kurang.



Secara fisik alat reproduksi pada umur < 20 tahun juga belum terbentuk sempurna. Pada umumnya rahim masih relatif kecil karena pembentukan belum sempurna dan pertumbuhan tulang panggul belum cukup lebar. Rahim merupakan tempat pertumbuhan bayi, rahim yang masih relatif kecil dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Rukiyah, 2007).

Sedangkan pada ibu yang tua, terutama pada ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun merupakan resiko tinggi pula untuk hamil karena akan menimbulkan komplikasi pada kehamilan dan merugikan perkembangan janin selama periode kandungan. Akibatnya bayi lahir dengan usia kehamilan kurang atau berat badan kurang. Secara umum hal ini karena adanya kemunduran fungsi fisiologis dari sistem tubuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar