Bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir ( Depkes RI, 2007)
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (sampai 2.499 gram). (Abdul Bari Saifudin, 2006)
Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram, bayi berat lahir rendah mungkin prematur mungkin juga cukup bulan.
(Wiknjosastro, 2007)
Sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti istilah prematuritas dengan BBLR karena tidak semua bayi dengan
berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh 1) umur kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang
sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang
teratur); 2) bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (Kecil Masa Kehamilan/Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Intra Uterine Growth Retardation); atau
karena kombinasi keduanya. (Wiknjosastro, 2007)
Bayi Kecil Masa
Kehamilan (KMK) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasinya, artinya bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri. (Syafrudin, 2009)
Umumnya janin dengan
Kecil Masa Kehamilan (KMK) memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10.
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan yang sama. (Bobak et all, 2004)
Ciri-ciri dan masalah
kedua bentuk BBLR (Sesuai Masa kehamilan (SMK) dan Kecil Masa Kehamilan (KMK))
ini berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan gambaran umum kehamilan sebagai
berikut (Wiknjosastro, 2007):
1) Mengetahui
hari pertama haid terakhir
2) Bunyi
jantung pertama yang dapat didengar (kehamilan 18-22 minggu)
3) Fetal
quickening minggu ke-16 dan minggu ke-18
4) Pemeriksaan
tinggi fundus uteri dan pemeriksaan USG
5) Penilaian
secara klinik meliputi berat badan lahir, panjang badan, lingkar dada dan
lingkar kepala atau dengan cara Ballard dkk (1979) yang menggunakan kriteria
neurologik dan kriteria fisik eksternal (Wong, 2003)
a. Etiologi
1) Faktor-faktor
yang berhubungan dengan BBLR menurut Dikes Provinsi NTB (2007), adalah:
a) Ibu
hamil pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b) Jarak
kehamilan terlalu pendek (kurang dari 2 tahun)
c) Ibu
dengan riwayat BBLR sebelumnya
d) Ibu
yang mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat
e) Status
ekonomi rendah
f) Ibu
dengan berat badan kurang dan kurang gizi
g) Ibu
perokok, pengguna obat terlarang dan alkohol
h) Ibu
dengan Anemia Berat
i) Ibu
dengan Pre Eklamsia atau Hipertensi
j) Ibu
dengan infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih, ginjal), hepatitis, IMS
k) Ibu
dengan kehamilan ganda
l) Bayi
dengan cacat bawaan
m) Bayi
dengan infeksi selama dalam kandungan
2) Menurut
Wiknjosastro (2007)
Faktor yang merupakan predisposisi
terjadinya kelahiran prematur:
a) Faktor
ibu: riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, paritas, infeksi, trauma, dan lain-lain.
b) Faktor
janin: cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini
c) Keadaan
sosial ekonomi yang rendah.
d) Kebiasaan:
pekerjaan yang melelahkan, merokok, tidak diketahui
Sedangkan etiologi terjadinya bayi Kecil
Masa Kehamilan (KMK) adalah:
a) Faktor
ibu: hipertensi dan penyakit ginjal yang kronik, perokok, penderita diabetes
mellitus yang berat, toksemia, hipoksia ibu (tinggal di daerah pegunungan,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik) gizi buruk, pengguna obat
terlarang, peminum alkohol
b) Faktor
uterus dan plasenta: kelainan pembuluh darah (hemangioma), insersi tali pusat
yang tidak normal, uterus bikornis, infark plasenta, transfusi dari kembar yang
satu ke kembar yang lain, sebagian plasenta lepas
c) Faktor
janin: ganda, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan
d) Penyebab
lain: status ekonomi yang rendah, tidak diketahui
b. Klasifikasi
BBLR
BBLR dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Disebut
prematuritas murni jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya, atau biasa disebut
Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKB-SMK). Dismaturitas ialah bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasinya atau bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK). (Syafrudin, 2009)
Klasifikasi
berdasarkan usia kehamilan, BBLR diklasifikasikan menjadi Bayi Prematur (<
37 minggu/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)) dan bayi yang mengalami gangguan
pertumbuhan intrauterin (Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa
Kehamilan (KMK)). Sedangkan berdasarkan grafik
pertumbuhan dalam tahun bisa dibedakan menjadi Kecil Masa Kehamilan (KMK),
Sesuai Masa Kehamilan (SMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK). Akan tetapi karena sering kali seorang ibu lupa
kapan hari pertama menstruasi terakhirnya maka secara umum semua bayi dengan
berat badan <2500 gram dianggap BBLR, terlepas dari apakah bayi tersebut
prematur atau Perkembangan Janin terhambat (PJT).
Klasifikasi berdasarkan berat badan
(Abdul Bari Saifuddin, 2006), BBLR dibedakan atas:
1) Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1500-2500 gram
2) Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir
1000-1499 gram
3) Bayi
Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) adalah bayi dengan berat lahir <1000 gram
c. Tanda
dan Gejala BBLR
1) Tanda-tanda
bayi prematur/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) menurut Dikes Provinsi NTB
(2007) yaitu:
a) Kulit
tipis, mengkilat dan tembus cahaya
b) Tulang
rawan telinga sangat lunak dan fleksible
b) Lanugo
banyak terutama pada punggung (untuk yang sangat
prematur lanugo belum ada)
c) Jaringan payudara belum terlihat, puting masih
berupa titik
d) Pembuluh
darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus terlihat
e) Lemak
subkutan kurang
f) Ubun-ubun
dan sutura lebar
g) Pola
pemafasan tidak teratur
h) Aktifitas dan tangisnya lemah
i) Menghisap dan menelan tidak efektif
j) Pada bayi
perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
k) Pada bayi
laki-laki skrotum tampak mulus (belum banyak rugae) dan testis kadang belum
turun
l) Rajah
telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
2) Tanda-tanda
bayi Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa Kehamilan (KMK) menurut
Dikes Provinsi NTB (2007) dan Syafrudin (2009), yaitu:
a) Umur
janin cukup tapi beratnya kurang dari
2500 gram
b) Gerakannya
aktif dan tangisnya kuat
c) Kulitnya keriput, lemak dibawah kulitnya tipis
d) Bayi
perempuan labia mayora menutupi labia minora
e) Bayi
laki-laki testis mungkin telah turun
f) Rajah
telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
g) Menghisap kuat
d. Masalah
pada BBLR
1) Masalah
bayi BBLR Prematur (Sesuai Masa Kehamilan) menurut Wiknjosastro (2007):
Alat
tubuh bayi prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh sebab itu, ia
mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Sebagian
besar kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur. Berkaitan dengan
kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik
maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut:
a. Suhu
tubuh yang tidak stabil
b. Gangguan
pernapasan
c. Gangguan
alat pencernaan dan problema nutrisi
d. Immatur
hati
e. Ginjal
yang immatur baik secara anatomis maupun fisilogis
f. Gangguan
imunologik
g. Perdarahan
intraventrikuler
h. Retrolental
fibroplasia
2) Masalah
bayi BBLR Perkembangan Janin Terhambat (PJT)/Kecil Masa kehamilan (KMK) menurut
Wiknjosastro dan Dikes Provinsi NTB (2007):
Pada
bayi-bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK), alat-alat dalam tubuhnya sudah
bertumbuh lebih baik bila dibandingkan
dengan bayi prematur dengan berat yang sama. Dengan demikian, bayi KMK yang
tidak prematur lebih mudah hidup di luar kandungan. Walaupun demikian, harus
waspada akan terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditanggulangi dengan
baik, seperti:
a. Aspirasi
mekoneum yang sering diikuti pneumotoraks.
b. Hipoglikemia
c. Keadaan
lain yang mungkin terjadi seperti asfiksia, perdarahan paru yang masif,
hipotermia, cacat bawaan akibat kelainan kromosom, cacat bawaan oleh karena
infeksi intrauterin, dan sebagainya.
e. Prognosis
Prognosis
bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi makin
tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindrom gangguan pernapasan,
perdarahan intraventrikuler, diplasia bronkopulmunel, retrolental fibriplasia,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosa
ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dll). (Wiknjosastro, 2007)
Sekarang
ada 955 atau lebih peluang bertahan hidup pada bayi yang dilahirkan dengan
berat badan antara 1.501 dan 2.500 gram, tetapi bayi-bayi dengan berat badan
kurang masih mempunyai mortalitas yang lebih tinggi. (Behrman, 1999)
f. Penatalaksanaan
Penanganan BBLR menurut Dikes Provinsi NTB (2007):
Pada dasarnya ada 4 hal yang harus
dilakukan bila dihadapkan dengan BBLR
yaitu :
a.
Inisiasi pernapasan spontan
b.
Stabilisasi suhu
c.
Pemberian
nutrisi ASI (ASI dini dan Ekslusif)
d.
Mencegah dan menangani infeksi yang mungkin timbul
1.
Tata Laksana Saat Lahir
Tata laksana saat lahir mencakup:
a)
Penilaian BBLR saat lahir, dengan menggunakan dua
parameter yaitu:
a)
Bernapas spontan atau menangis
b)
Air ketuban (keruh atau tidak)
b)
Asuhan bayi baru lahir
1.
BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir
Tanpa Asfiksia. Bayi tersebut bernapas baik dan warna air ketuban bersih. Untuk
BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan asuhan BBLR Tanpa
Asfiksia sbb:
a)
Keringkan dengan kain yang kering dan hangat
b)
Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan
kulit bayi
c)
Segera memberi ASI dini (IMD)
d)
Tunda memandikan bayi
e)
Profilaksis suntikan vit.K 1 mg dosis tunggal IM pada
paha kiri anterolateral
f)
Antibiotik salep mata
g)
Perawatan tali pusat: kering, bersih, dan tidak dibubuhi
apa pun dan terbuka
h)
Bila berat lahir ≥2000 gram dan tanpa masalah atau
penyulit dapat diberikan vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan
2.
BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan dalam kategori
lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi dan tahapan
resusitasi berikutnya bila diperlukan. Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR
asfiksia tidak perlu menunggu hasil penilaian APGAR Score.
2.
Tata Laksana Setelah Lahir
Timbang berat bayi setelah lahir (0-24 jam)
a)
Lakukan pemeriksaan fisik
b)
Jaga bayi tetap hangat:
1)
Jaga bayi selalu ”kontak kulit ke kulit” dengan ibunya
2)
Tutupi ibu dan bayi dengan selimut atau kain yang hangat
3)
Tutupi kepala bayi dengan kain atau topi
c)
Mendorong ibu meneteki (atau memerah kolostrum dan
memberikannya dengan cangkir) sesegera mungkin.
d)
Periksa pernapasan, suhu, warna kulit, dan minum ASI
(menghisap) setiap 30-60 menit) selama 6 jam
e)
Ajari ibu dan keluarga menjaga bayi tetap hangat dengan
melakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
f)
Sarankan ibu dan keluarga selalu mencuci tangan sebelum
memegang BBLR
g)
Kunjungi
bayi minimal dua kali dalam minggu pertama dan selanjutnya sekali dalam setiap
minggu sampai berat badan bayi 2500 gram. Berat badan bayi harus naik paling
kurang 15 gram sehari atau 100 gram per minggu
3.
Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)
a)
Hubungan umur ibu dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan hasil
kehamilan. Pada umur < 20 tahun atau ≥ 35 tahun resiko terjadinya
prematuritas dan komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena pada usia < 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa
pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang
mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Rukiyah, 2007).
Selain itu, pada usia di bawah 20 tahun secara psikologis belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak pada pemeliharaan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Ibu menjadi tidak memperhatikan kehamilannya, salah satunya berdampak berupa kurangnya asupan gizi selama hamil, yang akhirnya mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan kurang.
Secara
fisik alat reproduksi pada umur < 20 tahun juga belum terbentuk sempurna. Pada
umumnya rahim masih relatif kecil karena pembentukan belum sempurna dan
pertumbuhan tulang panggul belum cukup lebar. Rahim merupakan tempat
pertumbuhan bayi, rahim yang masih relatif kecil dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan janin (Rukiyah, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar