Makanan
pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi
yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
yang didapatkan dari ASI (Sandjaja, 2009).
Pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) mulai dilakukan setelah bayi berusia
6 bulan. MP-ASI dapat berupa bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian MP-ASI
baik jenis, porsi, dan frekuensinya tergantung dari usia dan kemampuan bayi
(Proverawati dan Asfuah, 2009).
1. Tujuan
Pemberian makanan pendamping ASI pada
bayi/anak mempunyai suatu tujuan (Narendra, dkk. 2009), yaitu:
a.
Memenuhi kebutuhan zat
makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan, dan untuk
aktifitas sehari-hari.
b.
Menunjang tercapainya
tumbuh kembang yang optimal.
c.
Mendidik anak supaya
terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat, memilih makanan yang sesuai
dengan keperluan anak.
2. Jenis
Terdapat beberapa jenis makanan pendamping
(Proverawati dan Asfuah. 2009),
diantaranya :
a. Makanan
lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan
bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur
sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dan
lain-lain.
b. Makanan
lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh:
bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dan lain-lain
c. Makanan
padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut
makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan
lain-lain.
3. Persyaratan
Makanan
bayi dan anak harus memenuhi persyaratan (Sulistyoningsih, 2011), yaitu:
a.
Kebutuhan zat-zat
makanan harus terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak berlebihan atau kekurangan.
b.
Mudah diterima dan
dicerna.
c.
Jenis makanan dan
pemberian sesuai kebiasaan pemberian makanan yang sehat.
d.
Terjamin kebersihannya
dan terbebas dari penyakit.
e.
Susunan menu seimbang
(berasal dari 10-15% protein, 25-35% dari lemak, 50-60% dari karbohidrat).
4. Waktu
Tanda bahwa seorang bayi siap
menerima makanan pendamping adalah
sebagai berikut (Sulistyoningsih, 2011):
a.
Sekurangnya berusia 6
bulan karena pada usia 6 bulan tersebut bayi sudah mengeluarkan air liur lebih
banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula sehingga bayi siap menerima
makanan selain ASI.
b.
Kebutuhan energi bayi
untuk pertumbuhan dan aktivitas semakin bertambah, sedangkan produksi ASI
relatif tetap, sehingga diperlukan makanan tambahan selain ASI yang mulai
diberikan pada umur 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan selain ASI.
c.
Bayi sudah bisa menutup
mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidahnya kemuka belakang. Apabila
makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi akan dapat memindahkan
makanan tersebut kearah belakang dan menelannya. Pada saat inilah bayi diberi
kesempatan mempraktikkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan
lunak. Pemberian MP-ASI baik jenis, porsi, dan frekuensi tergantung dari usia
dan kemampuan bayi.
Walaupun demikian, kapan sebaiknya
mulai memberikan makanan pendamping ASI tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan
usia bayi saja. Jenis makanan
yang biasanya dikonsumsi atau yang mudah didapatkan dirumah, keadaan dan
kondisi lingkungannya,fasilitas untuk penyiapan dan pemberian makanan dengan
cara yang mudah dan aman, semuanya merupakan faktor yang turut menentukan
(Anhari, dkk, 2009).
Bertambahnya kemampuan oromotor
bayi pada umur 6 bulan sehingga bayi mulai belajar mengunyah dengan
menggerakkan rahang keatas dan kebawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan
kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari
tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk
mengembangkan kemampuan tersebut, bayi diberikan makanan yang dapat dipegang
sendiri atau makanan yang dapat dijimpit.
Pada umur 6-7 bulan bayi sudah
dapat duduk sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada umur 6-9
bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat
dilatih minum menggunakan cangkir/ gelas yang dipegan oleh orang lain. Pada
tahun kedua, anak belajar makan sendiri menggunakan sendok. Terlalu lambat
mulai memberikan makanan tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan
bayi kurang gizi dan menghambat keterampilan makan bayi (Rosidah, 2008;Narendra,
dkk, 2008).
5. Jadwal
pemberian makanan
Tabel
2.1 : Jadwal Pemberian
Makanan Pada Bayi
Umur (bulan)
|
Makanan
|
Jumlah sehari
|
0 – 6 bulan
6 – 7
7-9
9-12
Diatas 12
|
ASI
saja
ASI
Bubur
nasi lunak
Bubur;
bubur tepung
Beras
merah
ASI
Buah-buahan
Hati
ayam atau kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran
ASI
Buah-buahan
Bubur / roti
Daging / kacang-kacangan/ ayam/ikan
Beras merah / kentang / labu/ jagung
ASI
Makanan seperti orang dewasa, termasuk telur dan
kuning telurnya,jeruk
|
Sesuka bayi
Sekehendak
1-2 kali sehari
Sekehendak
3-4 kali sehari
Sekehendak
4-6 kali sehari
Sekehendak
4-5 kali sehari
|
Tabel
2.2 : Rekomendasi Pemberian
Makanan Bayi
Mulai menyusui
|
Dalam waktu 30 – 60 menit setelah
melahirkan
|
Menyusui eksklusif
Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI
(MP-ASI)
Berikan makan tambahan /MP-ASI
Teruskan pemberian
|
Umur 0 -6 bulan pertama
Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan(umur
yang tepat bervariasi atau bila bayi menunjukkan kesiapan neorologis atau
neoromuskuler)
Pada semua bayi yang telah berumur 6-9 bulan
Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih
|
(sumber:
Hayati dalam Sulistyoningsih, 2011)
Pemberian
makanan dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak. Apabila makanan pendamping
ASI diberikan pada waktu yang tepat (setelah 6 bulan), maka akan sangat
membantu proses tumbuh kembangnya, tetapi apabila makanan pendamping diberikan
terlalu dini cepat atau lambat akan memberikan dampak buruk bagi ibu maupun
anak tersebut. Sedangkan pemberian
makanan pendamping yang terlalu cepat memberi dampak pada bayi dimasa sekarang
maupun dimasa mendatang. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh bayi, ibu
juga ikut merasakan dampak pemberian makanan pendamping yang terlalu dini.
Banyak penelitian yang mendapatkan bahwa bayi belum siap untuk menerima makanan
semipadat sebelum kira-kira berusia 6 bulan, dan juga makanan itu belum
dirasakan perlu, sepanjang bayi tetap mendapat ASI, kecuali pada keadaan
tertentu (Anhari, dkk, 2009).
Risiko
jangka pendek dan jangka panjang pemberian makanan pendamping yang terlalu dini
(Anhari, dkk. 2009), diantaranya:
a. Risiko
jangka pendek
1)
Bagi ibu
Penurunan
produksi ASI
Telah
dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurunkan
frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan suatu risiko
penurunan produksi ASI.
2)
Bagi bayi
a) Defisiensi
zat besi dan anemia
Pengenalan serealia dan
sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, dimana
walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI lebih rendah tetapi akan lebih mudah
diserap oleh tubuh (Anhari, dkk. 2009).
b) Diare
Penduduk di negara-negara
berkembang umumnya mempunyai diet yang terbatas dan hidup di ligkungan yang
kurang sehat, sehingga hal tersebut
semakin meningkatkan risiko bagi bayi-bayi yang mendapat makanan pelengkap
terlalu dini untuk mengalami diare. Dari penelitian longitudinal yang dilakukan
di Indonesia, didapatkan bahwa 41% dari contoh makanan dan 50% dari contoh air
yang diperiksa telah terkontaminasi Escherichia coli penyebab penyakit
diare. Hal itu membuktikan adanya hubungan pemberian makanan pendamping yang
telah terkontaminasi dan infeksi intestinal pada bayi.
b. Risiko
jangka pajang
Pemberian makanan tambahan yang
kurang memadai dapat pula memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dalam
jangka panjang, yaitu melalui dua mekanisme, salah satunya adalah efek
kumulatif, yaitu perubahan yang dianggap sebagai penyebab sudah terjadi pada
usia awal kehidupan,tetapi dampak pengaruh untuk terjadinya gangguan secara
kronis baru akan terjadi beberapa tahun mendatang. Kedua adalah kebiasaan makan atau memilih-milih makanan. Pemberian
makanan pendamping dalam waktu yang lama hanya memberikan dampak pada bayi
saja. Adapun risiko jangka panjangnya adalah:
1) Obesitas
Obesitas atau obesity adalah
peningkatan berat badan melebihi kebutuhan rangka fisik, sebagai akibat
akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (kamus saku Dorland, 1998).
Satu dari pertanyaan penting yang
tidak dapa dijawab sampai sekarang adalah adanya pemikirantentang hubungan
antara kebiasaan makan dengan kegemukan pada masa bayi dan anak,dan kegemukan
pada masa dewasa. Walaupun belum pernah dilakukan penelitian prospektif dalam
jangka panjang, studi-studi retrospektif dan penelitian prospektif jangka
pendek cenderung untuk menyokong adanya suatu hipotesis bahwa memang ada
hubungan yang erat antara keduanya (Anhari, dkk, 2009). Kegemukan pada bayi
akan membuat proses tumbuh kembangnya yang normal terhambat oleh karena berat
badan yang lebih (Sulistyoningsih,
2011).
2) Hipertensi
Masukan natrium yang tinggi jelas
merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya hipertensi
esensial.kandungan nutrium dalam ASI cukup rendah (sekitar 15mg/100mL atau
6,5mmol/L). Namun, masukan sodium dari diet bayi dapat meningkat secara drastis
jika makanan tambahan telah diperkenalkan,terutama jika makanan tambahan itu
disiapkan sesuai selera ibu yang umumnya suka terhadap rasa asin. Walaupun pada
manusia tidak ada data yang dapat membuktikan sebagaimana telah dibuktikan pada
percobaan binatang, bahwa masukan natrium tinggi yang terlalu awal akan
mempunyai konsekuensi yang sama dikemudian hari (Anhari,dkk. 2009).
3) Arteriosklerosis.
Atheriosklerosis merupakan suatu
proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan
menengah, seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka, lesi – lesi pada
arteri menyumbat aliran darah kejaringan dan organ-organ utama yang
dimanifestasikan seebagai penyakit arteri koroner, miokard infark penyakit
vaskular perifer, aneurisma dan cerebro vaskuler accident (Nazran, 2009).
Selain itu peranan faktor diet dalam patogenesis dari arteriosklerosis dan
penyakit jantung iskemik, tidak dipungkiri (Roesli, 2008).
4) Alergi
makanan
Telah terbukti bahwa menyusui yang
berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan sangat
hati-hati dan yang tepat waktu pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan
terhadap alergi makanan, terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai predisposisi
kearah gangguan (Anhari, dkk. 2009). Berdasarkan hasil penelitian di Finlandia
semakin lama bayi diberikan ASI, semakin rendah kemungkinan bayi menderita
penyakit alergi (Roesli, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar