Jumat, 04 Oktober 2013

Pemberian makanan pendamping ASI



Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain yang didapatkan dari ASI (Sandjaja, 2009).
Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan. MP-ASI dapat berupa bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian MP-ASI baik jenis, porsi, dan frekuensinya tergantung dari usia dan kemampuan bayi (Proverawati dan Asfuah, 2009).
1.    Tujuan
Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi/anak mempunyai suatu tujuan (Narendra, dkk. 2009), yaitu:
a.         Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan, dan untuk aktifitas sehari-hari.
b.        Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal.
c.         Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat, memilih makanan yang sesuai dengan keperluan anak.
2.    Jenis
Terdapat beberapa jenis makanan pendamping (Proverawati dan Asfuah. 2009), diantaranya :
a.       Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dan lain-lain.
b.      Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dan lain-lain
c.       Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain.
3.    Persyaratan
Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan (Sulistyoningsih, 2011), yaitu:
a.         Kebutuhan zat-zat makanan harus terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak berlebihan atau kekurangan.
b.        Mudah diterima dan dicerna.
c.         Jenis makanan dan pemberian sesuai kebiasaan pemberian makanan yang sehat.
d.        Terjamin kebersihannya dan terbebas dari penyakit.
e.         Susunan menu seimbang (berasal dari 10-15% protein, 25-35% dari lemak, 50-60% dari karbohidrat).
4.    Waktu
Tanda bahwa seorang bayi siap menerima makanan pendamping adalah  sebagai berikut (Sulistyoningsih, 2011):
a.         Sekurangnya berusia 6 bulan karena pada usia 6 bulan tersebut bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula sehingga bayi siap menerima makanan selain ASI.
b.        Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas semakin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan makanan tambahan selain ASI yang mulai diberikan pada umur 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan selain ASI.
c.         Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidahnya kemuka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi akan dapat memindahkan makanan tersebut kearah belakang dan menelannya. Pada saat inilah bayi diberi kesempatan mempraktikkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Pemberian MP-ASI baik jenis, porsi, dan frekuensi tergantung dari usia dan kemampuan bayi.
Walaupun demikian, kapan sebaiknya mulai memberikan makanan pendamping ASI tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan usia bayi saja. Jenis makanan yang biasanya dikonsumsi atau yang mudah didapatkan dirumah, keadaan dan kondisi lingkungannya,fasilitas untuk penyiapan dan pemberian makanan dengan cara yang mudah dan aman, semuanya merupakan faktor yang turut menentukan (Anhari, dkk,  2009).
Bertambahnya kemampuan oromotor bayi pada umur 6 bulan sehingga bayi mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang keatas dan kebawah, sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan yang dapat dijimpit.
Pada umur 6-7 bulan bayi sudah dapat duduk sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada umur 6-9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum menggunakan cangkir/ gelas yang dipegan oleh orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan menghambat keterampilan makan bayi (Rosidah, 2008;Narendra, dkk, 2008).
5.    Jadwal pemberian makanan
Tabel 2.1 : Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi
Umur (bulan)
Makanan
Jumlah sehari
0 – 6 bulan

6 – 7




7-9






9-12








Diatas 12
ASI saja

ASI
Bubur nasi lunak
Bubur; bubur tepung
Beras merah

ASI
Buah-buahan
Hati ayam atau kacang-kacangan
Beras merah atau ubi
Sayuran

ASI
Buah-buahan
Bubur /  roti
Daging / kacang-kacangan/ ayam/ikan
Beras merah / kentang / labu/ jagung


ASI
Makanan seperti orang dewasa, termasuk telur dan kuning telurnya,jeruk
Sesuka bayi

Sekehendak
1-2 kali sehari



Sekehendak
3-4 kali sehari





Sekehendak
4-6 kali sehari







Sekehendak
4-5 kali sehari

Tabel 2.2 : Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai menyusui
Dalam waktu 30 – 60 menit setelah melahirkan
Menyusui eksklusif
Makanan tambahan atau makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Berikan makan tambahan /MP-ASI
Teruskan pemberian
Umur 0 -6 bulan pertama
Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan(umur yang tepat bervariasi atau bila bayi menunjukkan kesiapan neorologis atau neoromuskuler)

Pada semua bayi yang telah berumur 6-9 bulan
Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih

(sumber: Hayati dalam Sulistyoningsih, 2011)
Pemberian makanan dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang anak. Apabila makanan pendamping ASI diberikan pada waktu yang tepat (setelah 6 bulan), maka akan sangat membantu proses tumbuh kembangnya, tetapi apabila makanan pendamping diberikan terlalu dini cepat atau lambat akan memberikan dampak buruk bagi ibu maupun anak  tersebut. Sedangkan pemberian makanan pendamping yang terlalu cepat memberi dampak pada bayi dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh bayi, ibu juga ikut merasakan dampak pemberian makanan pendamping yang terlalu dini. Banyak penelitian yang mendapatkan bahwa bayi belum siap untuk menerima makanan semipadat sebelum kira-kira berusia 6 bulan, dan juga makanan itu belum dirasakan perlu, sepanjang bayi tetap mendapat ASI, kecuali pada keadaan tertentu (Anhari, dkk, 2009).
Risiko jangka pendek dan jangka panjang pemberian makanan pendamping yang terlalu dini (Anhari, dkk. 2009), diantaranya:
a.       Risiko jangka pendek
1)        Bagi ibu
Penurunan produksi ASI
Telah dibuktikan bahwa pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan suatu risiko penurunan produksi ASI.
2)        Bagi bayi
a)      Defisiensi zat besi dan anemia
Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, dimana walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI lebih rendah tetapi akan lebih mudah diserap oleh tubuh (Anhari, dkk. 2009).
b)      Diare
Penduduk di negara-negara berkembang umumnya mempunyai diet yang terbatas dan hidup di ligkungan yang kurang sehat, sehingga  hal tersebut semakin meningkatkan risiko bagi bayi-bayi yang mendapat makanan pelengkap terlalu dini untuk mengalami diare. Dari penelitian longitudinal yang dilakukan di Indonesia, didapatkan bahwa 41% dari contoh makanan dan 50% dari contoh air yang diperiksa telah terkontaminasi Escherichia coli penyebab penyakit diare. Hal itu membuktikan adanya hubungan pemberian makanan pendamping yang telah terkontaminasi dan infeksi intestinal pada bayi.
b.      Risiko jangka pajang
Pemberian makanan tambahan yang kurang memadai dapat pula memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dalam jangka panjang, yaitu melalui dua mekanisme, salah satunya adalah efek kumulatif, yaitu perubahan yang dianggap sebagai penyebab sudah terjadi pada usia awal kehidupan,tetapi dampak pengaruh untuk terjadinya gangguan secara kronis baru akan terjadi beberapa tahun mendatang. Kedua adalah  kebiasaan makan atau memilih-milih makanan. Pemberian makanan pendamping dalam waktu yang lama hanya memberikan dampak pada bayi saja. Adapun risiko jangka panjangnya adalah:
1)      Obesitas
Obesitas atau obesity adalah peningkatan berat badan melebihi kebutuhan rangka fisik, sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (kamus saku Dorland, 1998).
Satu dari pertanyaan penting yang tidak dapa dijawab sampai sekarang adalah adanya pemikirantentang hubungan antara kebiasaan makan dengan kegemukan pada masa bayi dan anak,dan kegemukan pada masa dewasa. Walaupun belum pernah dilakukan penelitian prospektif dalam jangka panjang, studi-studi retrospektif dan penelitian prospektif jangka pendek cenderung untuk menyokong adanya suatu hipotesis bahwa memang ada hubungan yang erat antara keduanya (Anhari, dkk, 2009). Kegemukan pada bayi akan membuat proses tumbuh kembangnya yang normal terhambat oleh karena berat badan yang lebih (Sulistyoningsih, 2011).
2)      Hipertensi
Masukan natrium yang tinggi jelas merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya hipertensi esensial.kandungan nutrium dalam ASI cukup rendah (sekitar 15mg/100mL atau 6,5mmol/L). Namun, masukan sodium dari diet bayi dapat meningkat secara drastis jika makanan tambahan telah diperkenalkan,terutama jika makanan tambahan itu disiapkan sesuai selera ibu yang umumnya suka terhadap rasa asin. Walaupun pada manusia tidak ada data yang dapat membuktikan sebagaimana telah dibuktikan pada percobaan binatang, bahwa masukan natrium tinggi yang terlalu awal akan mempunyai konsekuensi yang sama dikemudian hari (Anhari,dkk. 2009).
3)      Arteriosklerosis.
Atheriosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah, seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka, lesi – lesi pada arteri menyumbat aliran darah kejaringan dan organ-organ utama yang dimanifestasikan seebagai penyakit arteri koroner, miokard infark penyakit vaskular perifer, aneurisma dan cerebro vaskuler accident (Nazran, 2009). Selain itu peranan faktor diet dalam patogenesis dari arteriosklerosis dan penyakit jantung iskemik, tidak dipungkiri (Roesli, 2008).
4)      Alergi makanan
Telah terbukti bahwa menyusui yang berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan sangat hati-hati dan yang tepat waktu pemberiannya akan mempunyai peran perlindungan terhadap alergi makanan, terutama untuk bayi-bayi yang mempunyai predisposisi kearah gangguan (Anhari, dkk. 2009). Berdasarkan hasil penelitian di Finlandia semakin lama bayi diberikan ASI, semakin rendah kemungkinan bayi menderita penyakit alergi (Roesli, 2008). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar