Jumat, 04 Oktober 2013

Pertumbuhan



Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metababolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Sehingga dapat disimpulakan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak pada aspek fisik (Soetjiningsih, 2002).
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala (Muslihatun, 2010).
1.      Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Secara  umum terdapat dua faktor yang mempengaruh tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2002), yaitu:
a.       Faktor Internal
Faktor internal merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini nantinya akan menjadi ciri khas anak (Marimbi, 2010). Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantititas pertumbuhan. Faktor internal yang dimaksud antara lain ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan kromosom (Narendra, 2002)..
b.      Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) yang dimaksud adalah lingkungan pranatal dan lingkungan pascanatal
1)      Faktor lingkungan pranatal
a)      Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan ataupun ketika hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat juga menyebabkan hambatan pada pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, mudah terkena infeksi dan bahkan bisa menyebabkan abortus. Bayi yang lahir dari ibu yang sehat kemungkinan akan lahir sehat pula,tetapi begitu juga sebaliknya bayi yang lahir dari ibu yang kurang sehat atau bahkan tidak sehat maka bayi tersebut akan mudah terkena infeksi dan penyakit lainnya. Gizi ibu hamil terutama trimester akhir kehamilan akan mempegaruhi pertumbuhan janin (Narendra, dkk. 2002).
b)      Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot (Narendra, dkk. 2002). Trauma atau cairan ketuban yang kurang juga dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.

c)      Toksin/zat kimia
Masa organisme adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, alkohol, besrta logam berat (Marimbi, 2010). Contoh sederhananya yaitu pada ibu hamil perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat, ataupun retardasi mental (Soetjiningsih, 2002).
d)     Endokrin
Ada beberapa hormon yang berperan dalam pertumbuhan janin,seperti hormon somatotropin, hormon placenta, hormon tiroid, insulin, dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth factor/IGFs). Dibetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan hiperplasia adrenal (Narendra, dkk.2002).
e)      Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Hal ini telah dibuktikan pada peristiwa yang terjadi di Hiroshima dan Nagasaki. Sedangkan efek radiasi pada laki-laki, dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya. Selain itu radiasi yang tinggi dapat mengganggu tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2002; Narendra, dkk, 2002).

f)       Infeksi
Infeksi intrauterin yang dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin adalah TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex). Kelainan-kelainan yang mungkin terjadi seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital (Narendra, dkk, 2002).
g)      Stress
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental pada ibu hamil akan menyebabkan stress pada ibu. Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain (Narendra, dkk. 2002; Soetjiningsih. 2002)
h)      Imunitas
Rhesus atau ABO inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrop fetalis, kern ikterus, lahir mati (Soetjiningsih, 2002). Perbedaan golongan darah antara ibu dan janin akan menyebabkan hemolisis yang akan mengakibatkan kern ikterus dan memacu kerusakan otak (Narendra, dkk. 2002).
i)        Anoreksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan placenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah.



2)      Faktor lingkungan pascanatal
a)      Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhannya. Pada usia 0 – 6 bulan, untuk memenuhi kebutuhan gizinya cukup diberikan ASI saja dan setelah usia lebih dari 6 bulan bayi mulai dikenalkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Meskipun begitu, pada kenyataannya banyak ibu yang telah memberikan makanan pendamping pada bayi sebelum usia 6 bulan. Hal itu disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang kapan dan bagaimana makanan pendamping itu diberikan (Soetjiningsih, 2002).
 Pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu cepat dapat meningkatkan risiko perubahan berat badan berlebih yang nantinya menjadi penyebab obesitas pada bayi karena ketidakseimbangan kalori yang diakibatkan asupan energi yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pemberian makanan pendamping yang terlalu cepat mengakibatkan penumpukan lemak, terutama pada makanan yang banyak mengandung karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi (Anhari, dkk. 2009).
b)      Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit kronis akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya. Tuberkolosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani ( Narendra, dkk. 2002).
c)      Musim, cuaca, dan keadaan geografis
Musim kemarau yang panjang/bencana alam lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok endemik banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium (Muslihatun, 2010).
2.      Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antroprometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan kesehatan anak pada kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain adalah otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Keuntungan indikator berat badan adalah pengukurannya obyektif dan dapat diulang, tidak memerlukan banyak waktu. Sedangkan kerugiannya adalah indikator berat badan ini tidak sensitif terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus ( Soetjiningsih, 2002).
Adapun beberapa dampak yang ditimbulkan dari masalah berat badan lebih ataupun kurang diantaranya:
a.       Dampak berat badan kurang
1)        Gangguan pertumbuhan
2)        Anemia
3)        Malnutrisi
4)        Osteoporosis
b.      Dampak berat badan lebih
1)        Obesitas.
2)        Penyakit kanker ginjal.
Bardosono (2011) mengatakan bahwa ada dua macam timbangan, yaitu timbangan salter spring balance dan bathroom scale.
a.      Tipe salter spring balance: yaitu timbangan gantung atau dacin dengan berat maksimal 25 kg dengan ketelitian 100 gram. Timbangan  tipe ini banyak digunakan diposyandu.
Langkah pengukuran berat badan menggunakan timbangan gantung, sebagai berikut:
1)      Gantungkan dacin pada dahan pohon atau palang rumah
2)      Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat
3)      Sebelum digunakan, letakkan bandul dan geser di angka nol kemudian batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman.
4)      Pasanglah celana timbang, kotak timbang, atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka nol.
5)      Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang, atau kotak timbang dengan cara memasukkan pasir kedalam kantongplastik.
6)      Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.
7)      Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser.
8)      Catat hasil penimbangan diatas kertas.
9)      Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.
b.       Tipe bathroom scale: yaitu timbangan injak yang diletakkan dilantai dengan berat maksimum 100 kg dan mempunyai ketelitian 100 gram.
Adapun cara menilai berat badan menggunakan timbangan injak atau bathroom scale (Depkes, 2005), yaitu:
1)      Letakkan timbangan diatas lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
2)      Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol.
3)      Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
4)      Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi.
5)      Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
6)      Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
7)      Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,baca angka ditengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
Bayi baru lahir yang cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, dan menjadi 4 kali berat berat badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan barat badan rata-rata 2 kg/tahun. Pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti daripada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun (Soetjiningsih, 2002). Kenaikan berat badan pada anak pada tahun pertama kehidupannya apabila anak mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara:
1)     700-1000 gram/bulan pada triwulan I
2)     500-600 gram/bulan pada triwulan II
3)     350-450 gram/bulan pada triwulan III
4)     250-350 gram/bulan pada triwulan IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar