Jumat, 04 Oktober 2013

Media



Kata media maupakan bentuk jamak dari medium. Dalam bahasa Indonesia artinya “antara”. Sedangkan dalam konteks pembelajaran  media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam penyajian informasi untuk mengantar pesan dari sumber informasi kepada penerima dalam proses pembelajaran.
Media promosi kesehatan adalah semua sasaran atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat dipelajari sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2005).
Dalam upaya untuk membelajarkan klien, peranan dan fungsi media sangat penting. Schram (1997), mengartikan media pembelajaran sebagai media komunikasi yang dipakai dalam kegiatan pendidikan kesehatan, sedangkan menurut Reiser dan Gagne (1983), memandang media instruksional sebagai alat-alat fisik yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan instruksional.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kesehatan adalah setiap alat baik software maupun hardware sebagai media komunikasi untuk memberikan kejelasan informasi. Media pembelajaran memperlancarkan komunikasi perawat dan klien dalam pembelajaran serta seringkali media mampu meragsang pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong untuk ingin lebih tahu banyak tentang sesuatu hal. Adapun macam-macam media antara lain:
1.    Media Audio Visual
a)        Pengertian
Media audio visual pada dasarnya merupakan media yang memiliki dua aspek, yakni aspek audio dan aspek visual yang terkemas secara terpadu, tidak terpisahkan kecuali media slide suara (sound slide), yang mana kedua aspek tersebut dipadukan sedemikian rupa sehingga ada keterpaduan dalam penyajiannya. Bentuk media audio visual ini, antara lain bentuk media visual gerak dan bersuara seperti film, TV, video, yang terkemas dalam sheet film celeluid ataupun secara digital pada CD video atau CD film, yang dalam perkembangannya kemudian ke bentuk-bentuk yang lebih inovatif, seperti VCD film, ataupun VCD video dan DVD film ataupun DVD video (Kustiono, 2009).
Media audio visual memiliki aspek ganda yang tidak dimiliki bentuk media lainnya yakni; aspek visual dan aspek audio sehingga sebagai media pembelajaran media audio visual memiliki peranan yang sangat penting dan bersifat integral sebagai salah satu komponen pembelajaran. Disamping itu media audio visual mampu memberikan banyak kontribusi bagi pelajar dalam proses pembelajaran. Kontribusi media audio visual yakni:
1)        Sangat efektif untuk mengembangkan daya imajinasi
2)        Mampu menyampaikan pesan-pesan historis sebuah dongengan atau cerita secara visual.
3)        Efektif untuk demonstrasi pembacaan karya sastra
4)        Menyemangatkan belajar klien, melalui alunan musik
5)        Mampu mengembangkan indra visual sekaligus auditif
6)        Mampu memvisualisasikan suatu aktifitas tertentu misalnya suatu proses berjalannya mesin, pembuatan tempe dan lain-lain.
Menurut Kustiono (2009), kelemahan dari media audio visual antara lain:
1)        Biayanya lebih tinggi
2)        Sedikit rumit
3)        Perlu listrik
4)        Perlu alat canggih untuk memproduksinya
5)        Perlu persiapan matang
6)        Peralatan selalu berkembang dan berubah
7)        Perlu keterampilan penyimpanan
8)        Perlu terampil dalam pengoperasian


b)        Karakteristik Media Pembelajaran Audio Visual
1)   Media Film
Film sebagai media grafis, juga termasuk media visual yang mana untuk menyerap pesan yang dikandungnya dengan menggunakan indra penglihatan dan pesan yang ada dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Kustiono, 2009).
Menurut bentuknya, media film termasuk media grafis yang dapat diproyeksikan (transparant instructional media), karena dibuat diatas bidang transparan, artinya bidang yang tembus cahaya, yang terproyeksikan pada bidang layar dengan alat proyektor yang compatible, yakni menggunakan film projector (Sudarmono, 1988).
2)   Media TV Pendidikan
Televisi (TV) adalah alat elektronik yang berfungsi menyebarkan gambar dan diikuti oleh suara tertentu  sehingga TV disebut sebagai media audio visual. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara keudara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Siaran TV yang mengandung potensi si’ar pendidikan disebut sebagai TV pendidikan. Jadi TV pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaraan tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkan (Kustiono, 2009)
Menurut Kustiono (2009), Televisi pendidikan tidak hanya sekedar sebagai penghibur tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
                                                i.          Sistematis; siaran TV berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus, dengan tujuan dan pengalaman pengajaran yang terencanakan.
                                              ii.          Teratur dan berperaturan; siaran TV pendidikan disajikan dengan selang waktu yang berurutan secara beraturan dimana siaran TV pendidikan ini dikembangkan atau mendasari siaran TV lainnya.
                                            iii.          Terpadu; siaran TV pendidikan berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti latihan membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis dan pemecahan masalah.
3)   Media Sound Slide
Sound-slide sebagai media grafis, juga termasuk media visual sekaligus sebagai media audio, yang mana untuk menyerap pesan yang dikandungnya dengan menggunakan indera penglihatan dan pesan yang ada dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual dan juga menggunakan indra auditif, karena bersamaan dengan tayangan slide demi slide dimaksud diiringi dengan rekaman suara yang relevan guna memberikan penjelasan visualisasi siled-slide tersebut (Sadiman, 1993). Suara tersebut dapat berupa suara musik, suara annoucer ataupun narator yang mengemukakan isi slide.
2.    Media Visual
Merupakan media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi dari media ini adalah untuk memberikan informasi dan menghibur. Adapun macam-macam media visual adalah poster, lembar balik, stiker dan spanduk (Notoatmodjo, 2005).
Komunikasi menggunakan media lembar balik mempergunakan mata sebagai penglihatan. Komunikasi dalam media ini menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa visual yang menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan pesan (Kusrianto, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2005), adapun kelebihan dari media lembar balik yakni:
1)   Tahan lama
2)   Mencakup banyak orang
3)   Biaya tidak tinggi
4)   Tidak perlu listrik
5)   Dapat dibawa kemana-mana
6)   Mempermudah pemahaman
7)   Meningkatkan gairah belajar.

Sedangkan beberapa kelemahan yang dimiliki media ini yakni:
1)   Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
2)   Mudah terlipat.
A.       Hubungan Media Dengan Pengetahuan
Media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam strategi penyampaian pengajaran untuk mencapai hasil belajar tertentu. Media bukan sekedar alat bantu mengajar bagi guru, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengajaran karena media dapat membantu siswa dalam memahami isi sajian (Degeng, 1989).
Media pembelajaran secara umum mempunyai fungsi untuk mengatasi hambatan komunikasi, keterbatasan fisik, kelas, sikap pasif, dan mempersatukan pengamatan siswa. Haryono dan Rahman (1990), mengemukakan media pembelajaran berfungsi mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dan keterbatasan ruang kelas, memungkinkan interaksi langsung antar siswa dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis, menimbulkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi belajar siswa, memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret ke yang abstrak.
Dengan batuan sistem syaraf, pesan dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan. Signal atau lambang-lambang yang tiba pada alat indra klien merangsang mata dan telinga mereka (Kustiono, 2009). Menurut Notoatmodjo (2007), alat bantu dalam promosi kesehatan mempermudah penerimaan informasi karena pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Penyalurkan pengetahuan kedalam indra, sebanyak 75-87% diperoleh melalui mata, 13-25% diperoleh melalui indra yang lain. Selain itu, manfaat alat bantu dalam promosi kesehatan dapat mendorong keinginan orang utuk mengetahui, kemudian untuk lebih mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
 Sedangkan menurut Santrock (2008), melalui proses pengolahan kode-kode menjadi pesan (decode) yang berjalan secara cepat di otak mereka, mereka dapat melihat dan mendengar, lalu mengerti dan menerima pesan tadi. Dengan demikian, diharapkan materi pengajaran itu dapat dimengerti oleh klien. Penerima akhirnya mengirim kembali pesan yang telah diolah sebagai umpan balik (feedback), yang dapat berbentuk kata, ekspresi, gerakan tangan. Dari feedback ini pengirim dapat mengetahui apakah komunikasi berlangsung dengan efektif atau tidak. Ada gangguan atau tidak selama komunikasi berlangsung. Gangguan ini harus dicari oleh manusia agar dapat diadakan perbaikan sesuai dengan maksud pesan (Kemp, 1985). Inilah tujuan yang diharapkan ingin dicapai dalam suatu proses komunikasi interaksi edukatif (Kustiono, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar