Kata
media maupakan bentuk jamak dari medium. Dalam bahasa Indonesia artinya “antara”.
Sedangkan dalam konteks pembelajaran
media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam
penyajian informasi untuk mengantar pesan dari sumber informasi kepada penerima
dalam proses pembelajaran.
Media
promosi kesehatan adalah semua sasaran atau upaya untuk menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media
cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkatkan
pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya kearah
positif terhadap kesehatan. Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena
melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat dipelajari sehingga sampai
memutuskan untuk mengadopsi perilaku yang positif (Notoatmodjo, 2005).
Dalam
upaya untuk membelajarkan klien, peranan dan fungsi media sangat penting.
Schram (1997), mengartikan media pembelajaran sebagai media komunikasi yang
dipakai dalam kegiatan pendidikan kesehatan, sedangkan menurut Reiser dan Gagne
(1983), memandang media instruksional sebagai alat-alat fisik yang dapat
mengkomunikasikan pesan-pesan instruksional.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kesehatan adalah setiap
alat baik software maupun hardware sebagai media komunikasi untuk
memberikan kejelasan informasi. Media pembelajaran memperlancarkan komunikasi
perawat dan klien dalam pembelajaran serta seringkali media mampu meragsang
pikiran, perhatian, dan keinginan belajar siswa yang mendorong untuk ingin
lebih tahu banyak tentang sesuatu hal. Adapun macam-macam media antara lain:
1. Media
Audio Visual
a)
Pengertian
Media
audio visual pada dasarnya merupakan media yang memiliki dua aspek, yakni aspek
audio dan aspek visual yang terkemas secara terpadu, tidak terpisahkan kecuali
media slide suara (sound slide), yang mana kedua aspek
tersebut dipadukan sedemikian rupa sehingga ada keterpaduan dalam penyajiannya.
Bentuk media audio visual ini, antara lain bentuk media visual gerak dan
bersuara seperti film, TV, video, yang terkemas dalam sheet film celeluid ataupun secara digital pada CD video atau CD
film, yang dalam perkembangannya kemudian ke bentuk-bentuk yang lebih inovatif,
seperti VCD film, ataupun VCD video dan DVD film ataupun DVD video (Kustiono,
2009).
Media
audio visual memiliki aspek ganda yang tidak dimiliki bentuk media lainnya
yakni; aspek visual dan aspek audio sehingga sebagai media pembelajaran media
audio visual memiliki peranan yang sangat penting dan bersifat integral sebagai
salah satu komponen pembelajaran. Disamping itu media audio visual mampu
memberikan banyak kontribusi bagi pelajar dalam proses pembelajaran. Kontribusi
media audio visual yakni:
1)
Sangat efektif untuk
mengembangkan daya imajinasi
2)
Mampu menyampaikan
pesan-pesan historis sebuah dongengan atau cerita secara visual.
3)
Efektif untuk
demonstrasi pembacaan karya sastra
4)
Menyemangatkan belajar
klien, melalui alunan musik
5)
Mampu mengembangkan
indra visual sekaligus auditif
6)
Mampu memvisualisasikan
suatu aktifitas tertentu misalnya suatu proses berjalannya mesin, pembuatan
tempe dan lain-lain.
Menurut Kustiono
(2009), kelemahan dari media audio visual antara lain:
1)
Biayanya lebih tinggi
2)
Sedikit rumit
3)
Perlu listrik
4)
Perlu alat canggih
untuk memproduksinya
5)
Perlu persiapan matang
6)
Peralatan selalu
berkembang dan berubah
7)
Perlu keterampilan penyimpanan
8)
Perlu terampil dalam
pengoperasian
b)
Karakteristik Media
Pembelajaran Audio Visual
1) Media
Film
Film
sebagai media grafis, juga termasuk media visual yang mana untuk menyerap pesan
yang dikandungnya dengan menggunakan indra penglihatan dan pesan yang ada
dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Kustiono, 2009).
Menurut
bentuknya, media film termasuk media grafis yang dapat diproyeksikan (transparant instructional media), karena
dibuat diatas bidang transparan, artinya bidang yang tembus cahaya, yang
terproyeksikan pada bidang layar dengan alat proyektor yang compatible, yakni menggunakan film projector (Sudarmono, 1988).
2) Media
TV Pendidikan
Televisi
(TV) adalah alat elektronik yang berfungsi menyebarkan gambar dan diikuti oleh
suara tertentu sehingga TV disebut
sebagai media audio visual. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan untuk
keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari udara
keudara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Siaran TV yang mengandung
potensi si’ar pendidikan disebut sebagai TV pendidikan. Jadi TV pendidikan
adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaraan tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkan (Kustiono, 2009)
Menurut
Kustiono (2009), Televisi pendidikan tidak hanya sekedar sebagai penghibur
tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu, televisi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
i.
Sistematis; siaran TV
berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus, dengan tujuan dan pengalaman
pengajaran yang terencanakan.
ii.
Teratur dan
berperaturan; siaran TV pendidikan disajikan dengan selang waktu yang berurutan
secara beraturan dimana siaran TV pendidikan ini dikembangkan atau mendasari
siaran TV lainnya.
iii.
Terpadu; siaran TV
pendidikan berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya, seperti latihan
membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis dan pemecahan masalah.
3)
Media Sound Slide
Sound-slide
sebagai media grafis, juga termasuk media visual sekaligus sebagai media audio,
yang mana untuk menyerap pesan yang dikandungnya dengan menggunakan indera
penglihatan dan pesan yang ada dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi
visual dan juga menggunakan indra auditif, karena bersamaan dengan tayangan slide demi slide dimaksud diiringi dengan rekaman suara yang relevan guna
memberikan penjelasan visualisasi siled-slide tersebut (Sadiman, 1993). Suara
tersebut dapat berupa suara musik, suara annoucer
ataupun narator yang mengemukakan isi slide.
2. Media
Visual
Merupakan
media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, terdiri atas gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi dari media ini adalah
untuk memberikan informasi dan
menghibur. Adapun macam-macam media visual adalah poster, lembar balik, stiker
dan spanduk (Notoatmodjo, 2005).
Komunikasi
menggunakan media lembar balik mempergunakan mata sebagai penglihatan.
Komunikasi dalam media ini menggunakan bahasa visual, dimana unsur dasar bahasa
visual yang menjadi kekuatan utama dalam menyampaikan pesan (Kusrianto, 2007).
Menurut
Notoatmodjo (2005), adapun kelebihan dari media lembar balik yakni:
1) Tahan
lama
2) Mencakup
banyak orang
3) Biaya
tidak tinggi
4) Tidak
perlu listrik
5) Dapat
dibawa kemana-mana
6) Mempermudah
pemahaman
7) Meningkatkan
gairah belajar.
Sedangkan
beberapa kelemahan yang dimiliki media ini yakni:
1) Media
ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak
2) Mudah
terlipat.
A.
Hubungan
Media Dengan Pengetahuan
Media
pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam strategi penyampaian
pengajaran untuk mencapai hasil belajar tertentu. Media bukan sekedar alat
bantu mengajar bagi guru, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pengajaran karena media dapat membantu siswa dalam memahami isi
sajian (Degeng, 1989).
Media
pembelajaran secara umum mempunyai fungsi untuk mengatasi hambatan komunikasi,
keterbatasan fisik, kelas, sikap pasif, dan mempersatukan pengamatan siswa.
Haryono dan Rahman (1990), mengemukakan media pembelajaran berfungsi mengatasi
keterbatasan pengalaman siswa dan keterbatasan ruang kelas, memungkinkan
interaksi langsung antar siswa dengan lingkungan, menghasilkan keseragaman
pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis,
menimbulkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi belajar siswa,
memberikan pengalaman yang integral dari yang konkret ke yang abstrak.
Dengan
batuan sistem syaraf, pesan dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan.
Signal atau lambang-lambang yang tiba pada alat indra klien merangsang mata dan
telinga mereka (Kustiono, 2009). Menurut Notoatmodjo (2007), alat bantu dalam
promosi kesehatan mempermudah penerimaan informasi karena pengetahuan yang ada
pada seseorang diterima melalui indra. Penyalurkan pengetahuan kedalam indra,
sebanyak 75-87% diperoleh melalui mata, 13-25% diperoleh melalui indra yang
lain. Selain itu, manfaat alat bantu dalam promosi kesehatan dapat mendorong
keinginan orang utuk mengetahui, kemudian untuk lebih mendalami dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik.
Sedangkan menurut Santrock (2008), melalui proses
pengolahan kode-kode menjadi pesan (decode)
yang berjalan secara cepat di otak mereka, mereka dapat melihat dan mendengar,
lalu mengerti dan menerima pesan tadi. Dengan demikian, diharapkan materi
pengajaran itu dapat dimengerti oleh klien. Penerima akhirnya mengirim kembali
pesan yang telah diolah sebagai umpan balik (feedback), yang dapat berbentuk kata, ekspresi, gerakan tangan.
Dari feedback ini pengirim dapat
mengetahui apakah komunikasi berlangsung dengan efektif atau tidak. Ada gangguan
atau tidak selama komunikasi berlangsung. Gangguan ini harus dicari oleh
manusia agar dapat diadakan perbaikan sesuai dengan maksud pesan (Kemp, 1985). Inilah
tujuan yang diharapkan ingin dicapai dalam suatu proses komunikasi interaksi
edukatif (Kustiono, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar