Perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung. Perilaku adalah suatu aktivitas manusia itu
sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Notoatmodjo (2003)
perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan
lingkungan. Respon atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang
masih tertutup) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau practice/ psychomotor).
1.
Domain
Perilaku
Menurut Bloom (1987) dalam
Notoatmodjo (2003) perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu:
a.
Tingkat Pengetahuan
1)
Pengertian
Pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan “What”,
misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan adalah hal-hal
yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada disekitar kita tanpa harus menguji
kebenarannya, didapatkan melalui pengamatan yang lebih mendalam (Wasis, 2008)
Pengetahuan merupakan
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis
dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan
seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2005),
pengetahuan mencakup 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, yaitu :
a) Tahu (know)
Tahu
diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk dalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dari rangsangan
yang telah diterima. Karena itulah
“tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b) Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi yang sebenarnya. Dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
d) Analisis (analysis)
Analisis
merupakan suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan berkaitan
satu sama lain.
e)
Sintetis
(synthesis)
Sintesis
merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f)
Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi
berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria
yang sudah ada.
b.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo,
2007) tingkat pengetahuan
bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut .
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan apa saja (Yerika, 2010).
2) Mass media /
informasi
Informasi yang diperoleh baik dari
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap
hal tersebut.
3) Sosial budaya dan
ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Usia
Menurut pro-healt (2009)
aktor-aktor yang mempengaruhi pengetahuan :
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju
usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a) Semakin tua
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
b) Tidak dapat
mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun
sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain
seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat
ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia.
c. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden
kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2005).
Adapun
pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 2 jenis :
1)
Pertanyaan
subyektif misalnya jenis pertanyaan essai.
2)
Pertanyaan
obyektif misalnya jenis pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), betul atau salah dan pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan
essai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan
faktor-faktor subyektif dari penilaian sehingga nilainya akan berbeda dari
seorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu
yang lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul atau salah, menjodohkan disebut
pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti
oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subyektif dari penilai. Dari kedua jenis pertanyaan tersebut
pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk
dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah
disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilainya akan lebih cepat
(Notoatmodjo, 2005).
2.
Sikap
Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003).
3.
Praktek
atau tindakan
Menurut Notoatmodjo (2003)
praktek memiliki beberapa tingkatan yaitu:
a.
Persepsi
Mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan
praktek tingkat pertama.
b.
Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu
dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktek tingkat dua.
c.
Mekanisme
Apabila sesorang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d.
Adopsi
Adopsi adalah suatu praktek
atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah
dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar