Jumat, 04 Oktober 2013

Konsep Perilaku



Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007)
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Respon atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respon yang masih tertutup) dan aktif (respon terbuka, tindakan yang nyata atau practice/ psychomotor).
1.                Domain Perilaku
Menurut Bloom (1987) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku dibagi menjadi 3 domain yaitu:
a.    Tingkat Pengetahuan
1)      Pengertian
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar  menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan adalah hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada disekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya, didapatkan melalui pengamatan yang lebih mendalam (Wasis, 2008)
Pengetahuan merupakan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan diri maupun dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan mencakup 6 (enam) tingkatan dalam domain kognitif, yaitu :
a)       Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dari rangsangan yang telah diterima.  Karena itulah “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b)      Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
c)       Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.  Dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


d)       Analisis (analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lain.
e)       Sintetis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f)        Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.  Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
b.    Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2007) tingkat pengetahuan bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)      Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan apa saja (Yerika, 2010).
2)      Mass media / informasi
 Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat  mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.  Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,  media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal  memberikan landasan kognitif  baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
3)      Sosial budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui   penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4)      Usia
Menurut pro-healt (2009) aktor-aktor yang mempengaruhi pengetahuan :
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a)      Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
b)      Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.



c.    Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2005).
Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis :
1)        Pertanyaan subyektif misalnya jenis pertanyaan essai.
2)        Pertanyaan obyektif misalnya jenis pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), betul atau salah dan pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan essai disebut pertanyaan subyektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor-faktor subyektif dari penilaian sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul atau salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subyektif dari penilai.  Dari kedua jenis pertanyaan tersebut pertanyaan obyektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilainya akan lebih cepat (Notoatmodjo, 2005).
2.                Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003).
3.                Praktek atau tindakan
Menurut Notoatmodjo (2003) praktek memiliki beberapa tingkatan yaitu:
a.    Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b.   Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c.    Mekanisme
Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.


d.   Adopsi
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar