Sabtu, 05 Oktober 2013

Pre Menstrulasi

Premenstruasi Syndrome (PMS) menurut Saryono (2009), merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi.
1.      Gejala PMS
a.       Perubahan emosi dan perasaan, seperti mudah tersinggung, pemarah, cemas, kurang percaya diri, gampang menangis.
b.      Perubahan fisik, seperti payudara terasa sakit dan membengkak, nyeri sendi, pegal-pegal, timbul jerawat, dan sakit kepala.
2.      Penyebab PMS
a.       Faktor Hormonal
Factor hormonal yakni terjadi keseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone yang berhubungan dengan PMS. Kadar hormone estrogen sangat berlebih dan melampaui batas normal sedang kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan genetic pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormone seks dalam sel.
b.      Faktor Kimiawi
Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia dalam otak, seperti serotonin, berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin adalah suatu neurotransmiter yang merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan sepanjang saraf di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. Serotonin ini sangat mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, ketertarikan, kelelahan, dan lain-lain.
c.       Faktor Genetik
Insiden PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibanding kembar dua telur.
d.      Faktor Psikologis
Faktor psikis, yaitu stress sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS. Gejala-gejala PMS akan semakin menghebat jika di dalam diri seorang wanita terus-menerus mengalami tekanan.

e.       Faktor Gaya Hidup
Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS.

4.      Tipe-tipe PMS
a.       PMS Tipe A
PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala, seperti rasa cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan labil. Penyebabnya adalah hormone estrogen terlalu tinggi dibanding dengan hormone progesterone.
Penderita PMS tipe A sebaiknya benyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b.      PMS Tipe H
PMS tipe H (hyperhydation) memiliki gejala edema, perut kembung, nyeri payudara, peningkatan berat badan. Gejala tipe ini juga dapat dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lainnya.
Cara mencegahnya penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
c.       PMS Tipe C
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis dan karbohidrat sederhana. Disebabkan karena stress, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esesial (omega 6), atau kurangnya magnesium.
d.      PMS Tipe D
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri. Biasanya PMS tipe ini bersamaan dengan PMS tipe A. disebabkan karena ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone.
5.      Cara mengatasi PMS
a.       Lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki, bersepeda atau berenang, atau menyibukkan diri.
b.      Diet rendah lemak, garam dan gula tetapi tinggi protein dan serat untuk membantu mengurangi kelebihan estrogen dan mengurangi pembengkakan payudara.
c.       Hindari makanan dan minuman yang mengandung kafein, alkohol dan nikotin selama 2 minggu sebelum masa menstruasi.
d.      Minum hingga 8 gelas/hari.
e.       Istirahat yang cukup baik siang maupun malam.

f.       Hindari stres berkepanjangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar