Premenstruasi
Syndrome (PMS) menurut Saryono (2009), merupakan gangguan siklus yang umum
terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan
emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi.
1.
Gejala
PMS
a.
Perubahan emosi dan perasaan, seperti
mudah tersinggung, pemarah, cemas, kurang percaya diri, gampang menangis.
b.
Perubahan fisik, seperti payudara terasa
sakit dan membengkak, nyeri sendi, pegal-pegal, timbul jerawat, dan sakit
kepala.
2.
Penyebab
PMS
a. Faktor
Hormonal
Factor hormonal yakni
terjadi keseimbangan antara hormon estrogen dan progesterone yang berhubungan
dengan PMS. Kadar hormone estrogen sangat berlebih dan melampaui batas normal
sedang kadar progesterone menurun. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan genetic
pada sensitivitas reseptor dan system pembawa pesan yang menyampaikan
pengeluaran hormone seks dalam sel.
b. Faktor
Kimiawi
Faktor kimiawi sangat
mempengaruhi munculnya PMS. Bahan-bahan kimia dalam otak, seperti serotonin,
berubah-ubah selama siklus menstruasi. Serotonin adalah suatu neurotransmiter
yang merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan sepanjang
saraf di dalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. Serotonin ini sangat
mempengaruhi suasana hati yang berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan,
ketertarikan, kelelahan, dan lain-lain.
c. Faktor
Genetik
Insiden PMS dua kali
lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibanding kembar dua telur.
d. Faktor
Psikologis
Faktor psikis, yaitu
stress sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS. Gejala-gejala PMS akan
semakin menghebat jika di dalam diri seorang wanita terus-menerus mengalami
tekanan.
e. Faktor
Gaya Hidup
Makan terlalu banyak
atau terlalu sedikit sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS.
4.
Tipe-tipe
PMS
a. PMS
Tipe A
PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala,
seperti rasa cemas, sensitive, saraf tegang, perasaan labil. Penyebabnya adalah
hormone estrogen terlalu tinggi dibanding dengan hormone progesterone.
Penderita PMS tipe A
sebaiknya benyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi
minum kopi.
b. PMS
Tipe H
PMS tipe H (hyperhydation) memiliki gejala edema,
perut kembung, nyeri payudara, peningkatan berat badan. Gejala tipe ini juga
dapat dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lainnya.
Cara mencegahnya
penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta
membatasi minum sehari-hari.
c. PMS
Tipe C
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan
yang manis-manis dan karbohidrat sederhana. Disebabkan karena stress, tinggi
garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esesial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
d. PMS
Tipe D
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala
depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, kadang-kadang
muncul rasa ingin bunuh diri. Biasanya PMS tipe ini bersamaan dengan PMS tipe
A. disebabkan karena ketidak seimbangan hormone estrogen dan progesterone.
5. Cara mengatasi PMS
a. Lakukan
olahraga ringan, seperti jalan kaki, bersepeda atau berenang, atau menyibukkan
diri.
b. Diet
rendah lemak, garam dan gula tetapi tinggi protein dan serat untuk membantu
mengurangi kelebihan estrogen dan mengurangi pembengkakan payudara.
c. Hindari
makanan dan minuman yang mengandung kafein, alkohol dan nikotin selama 2 minggu
sebelum masa menstruasi.
d. Minum
hingga 8 gelas/hari.
e. Istirahat
yang cukup baik siang maupun malam.
f. Hindari
stres berkepanjangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar