1. Definisi
Nyeri Persalinan
a) Rasa
nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan)
otot rahim.
b) Menurut Cuningham (2004), nyeri persalinan sebagai
kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas yang
berbeda pada masing-masing individu.
c) Rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya
kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi ini menimbulkan rasa sakit pada
pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha.
2. Fisiologi
Nyeri Persalinan
Menurut
Judha (2012), beberapa teori yang menjelaskan mekanisme nyeri diantaranya:
a. Nyeri
berdasarkan tingkat kedalaman dan letaknya
1) Nyeri
Viseral yaitu rasa nyeri yang dialami ibu
karena perubahan serviks dan iskemia uterus pada persalinan kala I. Pada kala I
fase laten lebih banyak penipisan di serviks sedangkan pembukaan serviks dan
penurunan daerah terendah janin terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu
merasakan nyeri yang berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah
lumbal punggung dan menurun ke paha. Ibu biasanya mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan bebas rasa
nyeri pada interval antar kontraksi
2) Nyeri
Somatik yaitu nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II persalinan.
Nyeri disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva, tekanan servikal saat
kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara progesif pada fleksus
lumboskral, kandung kemih, usus dan struktur sensitif panggul yang lain.
b. Teori
Kontrol Gerbang ( Gate Control Theory)
Teori Gate Control menyatakan bahwa selama
proses persalinan implus nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat
syaraf besar kearah uterus ke subtansia gelatinosa di dalam spina kolumna,
sel-sel transmisi memproyeksikan pesan nyeri ke otak, adanya stimulasi (
seperti vibrasi atau massage) mengakibatkan pesan yang berlawanan yang lebih
kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat syaraf kecil. Pesan yang berlawanan
ini menutup gate di substansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri sehingga
otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut.
3. Tingkat
Nyeri dalam Persalinan
Menurut
Judha (2012), tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas nyeri yang
dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas rasa nyeri persalinan
bisa ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau merajuk pada
skala nyeri. Contohnya, skala 0-10 (skala numeric), skala diskriptif yang
menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan, skala
dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Yanti (2009) mengatakan
primigravida lebih merasakan nyeri pada awal persalinan (kala I) daripada
multigravida. Primigravida cenderung lebih banyak mengalami kecemasan hingga
menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
Judha
(2012) bahwa emosi dapat meningkatkan stress atau rasa takut ibu, yang secara
fisiologis dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga meningkatkan nyeri yang
dirasakan. Saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stress, maka
secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif sehingga secara otomatis
dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan hormone stressor yaitu
hormon katekolamin dan hormone adrenalin, katekolamin ini akan dilepaskan dalam
konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa menghilangkan rasa
takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang muncul antara lain
uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam
otot-otot terus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah
rasa nyeri yang tak terelakan.
Yanti
(2009) yang mengatakan kecemasan, kelelahan, kehabisan tenaga dan kekhawatiran
ibu, seluruhnya menyatu sehingga dapat memperberat nyeri fisik yang sudah ada.
Begitu nyeri persepsi semakin intens, kecemasan ibu meningkat semakin berat,
sehingga terjadi siklus nyeri-stress-nyeri dan seterusnya sehingga akhirnya ibu
yang bersalin tidak mampu lagi bertahan. Yanti (2009) mengatakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi persepsi nyeri persalinan antara lain adalah umur,
pendidikan, social ekonomi, paritas ukuran bayi maupun presentasi dan
sebagainya. Nisman
(2011) mengatakan tingkat nyeri selama persalinan meningkat jika wanita
tersebut gelisah dan takut serta pengetahuan tentang proses persalinan sedikit.
Salah satu alasan pelatihan melahirkan adalah untuk mengurangi rasa takut dan
memperbaiki pemahaman ibu tentang melahirkan. Price & Wilson (2006)
mengatakan ambang nyeri dalam persalinan dapat diturunkan oleh rasa takut,
kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan jasmani seperti demam,
kelelahan, dehidrasi, ketegangan. Ambang nyeri dapat dianaikan oleh penggunaan
obat-obatan, kesehatan fisik serta psilogik, relaksasi dan pengalihan
perhatian.
4. Penyebab
rasa nyeri
Menurut
Judha (2012), Nyeri persalinan muncul karena:
a. Kontraksi
otot rahim
Kontraksi rahim
menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi
arteri miometrium. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama
kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi.
b. Regangan
otot dasar panggul
Nyeri ini timbul pada
saat mendekati kala II. Nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan
perineum, sekitar anus dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian
bawah akibat penurunan bagian terbawah janin.
c. Episiotomy
Nyeri dirasakan apabila
ada tindakan episiotomy, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami
laserasi maupun rupture pada jalan lahir.
d. Kondisi
psikologi
Nyeri dan rasa sakit
yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut, cemas dan tegang memicu
produksi hormone prostaglandine sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
5.
Letak atau
Daerah Nyeri Persalinan
Dalam Judha (2012) dikatakan
rasa nyeri persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan)
otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah
perut dan menjalar kearah paha.
Hal ini dijelaskan Judha
(2012) bahwa kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks dan
iskemia (kekurangan oksigen) rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena
rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral.
Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan
asalnya yang disebut nyeri alih. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan
pada punggung bagian bawah (pinggang) dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami
rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval
antar kontraksi.
Nyeri daerah
perut bagian bawah sampai vagina
merupakan regangan otot dasar panggul timbul saat
mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir daerah
perut bagian bawah, vagina, rectum dan perineum sekitar anus. Nyeri ini disebut
nyeri somatik dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah
akibat penurunan bagian bawah janin.
Penyebab nyeri pada paha dalam
Yanti (2009) menjelaskan tekanan dan perlukaan pada facia, jaringan subkutan
dan otot-otot skeletal merangsang reseptor-reseptor dan menggantikan nyeri
bagian luar. Tekanan pada akar-akar dari fleksus-lumbal-sakral menimbulkan
nyeri pada paha, lutut, vagina dan rektum.
6.
Frekuensi Nyeri
Frekuensi
nyeri merupakan jumlah nyeri yang ditimbul dalam periode atau rentan waktu
tertentu. Dalam hal ini, nyeri yang ditimbulkan berasal dari kontraksi,
sehingga perhitungan frekuensi nyeri didasarkan pada frekuensi kontraksi atau
his yang timbul dalam tiap 10 menit.
Kontraksi
atau his dijabarkan lebih lengkap oleh Prawirohardjo (2008) dimana his dimulai
sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dalam dinding
uterus yang disebut sebagai pace maker tempat gelombang his berasal. Gelombang
bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai seluruh
uterus.
Dalam Sumarah (2009) dikatakan
kontraksi uterus bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai pola gradien.
Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan
tidak ada sama sekali kontraksi pada serviks ( fase istirahat ). Hal ini
memberikan efek pada uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona, yaitu
zona atas dan zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi
mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal dan
bersifat aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat
relaksasi, panjang otot tidak bisa kembali ke ukuran semula, ukuran panjang
otot selama masa relaksasi semakin memendek, dan setiap terjadi relaksasi ukuran
panjang otot semakin memendek dan demikian seterusnya setiap kali terjadi
relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai batas tertentu pada
saat zona bawah semakin tipis dan luas. Sedangkan zona bawah terdiri dari
istmus dan serviks uteri. Pada saat persalinan istmus uteri disebut sebagai
segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif tidak kontraksi seperti zona atas.
Zona bawah menjadi tipis dan membuka akibat dari sifat pasif dan pengaruh dari
kontraksi zona atas sehingga janin dapat melewatinya.
Akivitas rahim dimulai saat
kehamilan. Dalam Prawirohardjo (2008) dijelaskan His sesudah kehamilan 30
minggu terasa lebih kuat dan sering. Sesudah 36 minggu aktivitas uterus lebih
meningkat lagi sampai persalinan mulai. Sumarah (2009) mengatakan pada awal
persalinan kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase
aktif, kontraksi terjadi selama 45-90 detik rata-rata 60 detik.
Pemeriksaan kontraksi dalam Sumarah
(2009) yang mengatakan pemeriksaan kontraksi uterus meliputi frekuensi,
durasi/lama, intensitas / kuat lemahnya. Frekuensi dihitung dari awal timbulnya
kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya. Pada saat memeriksa durasi / lama
kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan
dengan palpasi uterus, karena bila berpedoman pada rasa sakit yang ibu bersalin
rasakan kurang akurat. Pada saat awal kontraksi biasanya ibu bersalin belum
merasakan sakit, begitu juga saat kontraksi sudah berakhir, ibu bersalin masih
merasakan sakit. Begitu juga dalam menentukan intensitas kontraksi uterus /
kekuatan kontraksi uterus, hasil
pemeriksaan yang disimpulkan tidak dapat diambil dari seberapa reaksi nyeri ibu
bersalin pada saat kontraksi.
Dalam
Prawirohardjo (2009) menyebutkan apa yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi
sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan adanya sinyal
biomolekular dari janin yang diterima otak ibu akan memulai kaskade penurunan
progesteron, esterogen dan peningkatan prostaglandin dan oksitosin sehingga terjadilah
tanda-tanda persalinan. Satu teori yang menyatakan bahwa janin merupakan
dirigen dari orkestrasi kehamilannya sendiri dan komunikasi biomolekular antara
ibu dan janin ini merupakan bagian awal ikatan (bounding ang attachment) antara ibu dan janin yang akan terjalin
seumur hidup.
7.
Tahapan Nyeri
Persalinan
Menurut Aprilia (2011), Nyeri persalinan terbagi atas
4 tahap, yaitu:
a.
Tahap I
(Pembukaan) nyeri diakibatkan oleh kontraksi rahim dan peregangan mulut rahim.
b.
Tahap II
(Pengeluaran Bayi) nyeri diakibatkan peregangan dasar panggul dan tidak jarang
sebagai akibat pengguntingan (episiotomy) jika diperlukan.
c.
Tahap III
(Pelepasan Plasenta) memberikan sensasi nyeri yang sangat minimal.
d.
Tahap IV nyeri
timbul lebih merupakan akibat penjahitan luka perineum akibat robekan dengan
atau tanpa episiotomi.
8. Faktor-faktor
yang mempengaruhi respon terhadap nyeri persalinan
a. Budaya
Menurut Mulyati ( 2002
) dalam Judha (2012) menjelaskan bahwa budaya mempengaruhi ekspresi nyeri
intranatal pada ibu primipara. Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin
( Piliter,2003).
b. Emosi
( cemas dan takut)
Stress atau rasa takut
ternyata secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa
semakin nyeri dan sakit dirasakan. Saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut
mengalami stress maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi defensif
sehingga secara otomatis dari stress tersebut merangsang tubuh mengeluarkan
hormon stressor yaitu hormon katekolamin dan hormon adrenalin, katekolamin ini
akan dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak
bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, berbagai respon tubuh yang
muncul antara lain dengan “berempur atau lari”. Dan akibat respon tubuh
tersebut maka uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen
ke dalam otot-otot terus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit
akibatnya adalah rasa nyeri yang tak terelakkan.
c. Pengalaman
Persalinan
Menurut
Bobak (2000) dalam Judha (2012), pengalamn melahirkan sebelumnya juga dapat
mempengaruhi respon bu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman
menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada
pengalaman lalu akan mempengaruhi sensifitas rasa nyeri.
d. Support
system
Dukungn
dari pasangan, keluarga maupun pendampingan persalinan dapat mmbantu memenuhi
kebutuhan ibu bersalin, juga membantu mengatasi rasa nyeri ( Martin (2002)
dalam Judha (2012)).
e. Persiapan
Persalinan
Persiapan
persalinan tidak menjamin persalinan akan berlangsung tanpa nyeri. Namun,
persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan cemas dan takut akan
nyeri persalinan sehingga ibu dapat memilih berbagai tehnik atau metode latihan
agar ibu dapat mengatasi ketakutannya.
untuk memberi masukan saja, tolong kasih dapus ya kak.. makasih
BalasHapus