Dalam Judha (2012),
beberapa definisi nyeri diantaranya:
a) Menurut
melzack dan Wall (1988), suatu pengalaman pribadi, subyektif, yang dipengaruhi
oleh budaya, persepsi seseorang perhatian dan variabel – variabel psikologis
lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap untuk
mencoba untuk menghentikan rasa sakit tersebut.
b) Nyeri
didefinisikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan baik sensori maupun
emotional yang berhubungan dengan resiko dan aktualnya kerusakan jaringan tubuh
(Tournaire dan Theau-Yonneau, 2007).
c) Nyeri
adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat
subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh
faktor psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut
lebih merasakan nyeri ( Potter dan Perry, 2005)
d) Menurut
Perry dan Bobak (2004), rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik
pada setiap ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya,
takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan
dukungan.
Dalam buku Fundamental
Keperawatan (Potter& Perry, 2006) terdapat beberapa pendapat tentang
definisi nyeri, diantaranya:
a)
Menurut
McCaffery (1980) nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang
nyeri dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.
b)
Nyeri merupakan
tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi
pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Clancy dan McViar, 1992)
Sedangkan menurut The
International Association
for the Study of pain dalam April (2011) mendefinisikan
bahwa nyeri merupakan pengalaman emotional dan sensori yang tidak menyenangkan
yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau
menunjukan adanya.
2.
Jenis-jenis
Nyeri
Dalam Judha (2012), Price & Wilson (2005)
mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau sumber, antara lain:
a)
Nyeri Somatik
Superfisial (Kulit)
Nyeri
kulit berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan jaringan subkutis.
Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang
mekanis, suhu, kimiawi atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri
sering dirasakan sebagai penyengat. Tajam, meringis atau seperti terbakar,
tetapi apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri
menjadi berdenyut.
b)
Nyeri Somatik
Dalam
Nyeri
somatic dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,
tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor
nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah
sekitarnya.
c)
Nyeri visera
Nyeri
visera mengacu pada nyeri yang berasal dari organ –organ tubuh. Reseptor nyeri
visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatic dan terletak di
dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri
visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ,
iskemia dan peradangan.
d)
Nyeri Alih
Nyeri
alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi
dirasakan terletak di daerah lain.
e)
Nyeri Neuropati
Sistem
saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari system saraf
tepi (SST) ke stem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan
demikian, lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya
sensasi nyeri. Nyeri neuropati menderita akibat instabilitas system saraf
otonom (SSO). Dengan demikian, nyeri sering bertambah parah oleh sress emosi
atau fisik ( dingin, kelelahan) dan mereda oleh relaksasi.
3.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi nyeri
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut
Perry & Potter (2005) dalam Judha (2012), antara lain:
a)
Usia
Usia
merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan
lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
b)
Jenis Kelamin
Secara
umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon terhadap nyeri.
Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu factor dalam
mengekpresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada
setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
c)
Kebudayaan
Keyakinan
dan nilai-nilai budaya mmpengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Menurut
Clancy dan McVicar (1992) mengatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang.
d)
Makna Nyeri
Pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan
kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman atau tantangan.
e)
Perhatian
Perhatian
yng meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya
pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri menurun. Biasanya hal ini
menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khusunya terhadap nyeri yang
berlangsung hanya selama waktu pengalihan.
f)
Ansietas
Price
( Cit Perry, Potter 2005) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian sistim limbik dapat memproses reaksi emosi khususnya ansietas.
g)
Keletihan
Keletihan
meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping.
h)
Pengalaman
sebelumnya
Pengalaman
nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan menerima nyeri dengan
lebih mudah pada masa yang akan dating. Apabila individu sejak lama sering
mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan
muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya klien lebih siap untuk melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
4.
Tanda dan Gejala
Nyeri
Menurut Judha (2012), tanda dan gejala nyeri
bermacam-macam, diantaranya:
a)
Suara
1)
Menangis
2)
Merintih
3)
Menarik /
menghembuskan nafas
b)
Ekspresi wajah
1)
Meringis
2)
Menggigit lidah,
mengatupkan gigi
3)
Dahi berkerut
4)
Tertutup rapat /
membuka mata atau mulut
5)
Menggigit bibir
c)
Pergerakan Tubuh
1)
Kegelisahan
2)
Mondar mandir
3)
Gerakan
menggosok berirama
4)
Imobilisasi
5)
Otot tegang
d)
Interaksi sosial
1)
Menghindari
percakapan dan kontak social
2)
Berfokus
aktivitas untuk mengurangi nyeri
3)
Disorientasi waktu
5.
Proses fisiologi
/ phatofisiologi nyeri
Dalam Judha (2012), dijelaskan proses fisiologi /
phatofisiologi nyeri meliputi:
a)
Mekanisme
neurofisiologik nyeri
Menjelaskan
bahwa proses fisiologik nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi ,
transmisi, modulasi dan persepsi. Tranduksi nyeri adalah proses rangsangan yang
mengganggu sehinga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi
nyeri melibatkan proses penyaluran implus dari tempat transduksi melewati saraf
perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron
pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan
aktivitas saraf melalui jalur-jalur
saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri
setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan factor-faktor kimiawi yang
menimbulkan atau meningkatkan di reseptor nyeri aferen primer. Jadi persepsi
nyeri adalah penglaman subyektif yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktivitas tranmisi atau saraf.
Adapun
proses terjadinya nyeri menurut Lindamen & Athie adalah dimulai ketika
bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan
oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai
macam subtansi intraselluler dilepaskan ke ruang ekstraselluler maka akan
mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang
serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilakan austansi yang disebut
dengan neurotransmitter pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke
otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
b)
Tranmisi Nyeri
Reseptor
nyeri (Nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak. Sedangkan
viseroreseptor adalah reseptor nyeri yang berada pada daerah sendi, otot
skeleton, fasia, tendon dan kornea juga mempunyai potensi untuk menstransmit
stimulus nyeri. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks.
Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local, sel-sel most, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Serabut reseptor
nyeri pada kulit akan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal
sebaliknya juga terjadi. Stimulus kuat pada serabut cabang visceral dapat
mengakibatkan vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan dengan
serabut tersebut dan hasilnya disebut nyeri alih.
c)
Kornu dorsalis
dan aras asenden
Kornu
dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori.
6. Pengkajian Nyeri Persalinan
Individu
yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk menggambarkan nyeri
yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri
seseorang antara lain:
a. Intensitas
Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang
berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
b.
Karakteristik nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur
berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama /
periodenya (terus menerus, hilang, timbul, periode bertambah atau berkurangnya
intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam
atau superfisial atau bahkan seperti digencet).
Karakteristik nyeri dapat dilihat berdasarkan PQRST
yaitu:
1)
P (provocate), tenaga kesehatan harus mengkaji tentang
penyebab terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan
bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara
nyeri yang diderita dengan factor psikologinya karena bisa terjadi nyeri hebat
karena dari factor psikologis bukan dari lukanya.
2)
Q (quality), kualitas nyeri merupakan sesuatu yang
subyektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri
dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau
superficial, atau bahkan seperti digencet.
3)
R (Region) untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta
penderita untuk menunjukan semua bagian /
daerah yang dirasakan tidak nyaman.
4)
S (Severe) tingkat keparahan merupakan hal yang paling
subyektif yang dirasakan oleh penderita karena akan diminta bagaimana kualitas
nyeri.
5)
T (Time) tenaga
kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan
kapan mulai timbul adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk
kambuh dan lain-lain.
Sertakan refenesinya dong min, Akan lebih bagus jika ada referensi supaya hasilnya terpercaya
BalasHapus