Jumat, 04 Oktober 2013

Nyeri secara Umum



Dalam Judha (2012), beberapa definisi nyeri diantaranya:
a)      Menurut melzack dan Wall (1988), suatu pengalaman pribadi, subyektif, yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi seseorang perhatian dan variabel – variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi setiap untuk mencoba untuk menghentikan rasa sakit tersebut.
b)      Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan baik sensori maupun emotional yang berhubungan dengan resiko dan aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Tournaire dan Theau-Yonneau, 2007).
c)      Nyeri adalah suatu sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif dan berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi oleh faktor psikososial dan kultur dan endorphin seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri ( Potter dan Perry, 2005)
d)     Menurut Perry dan Bobak (2004), rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan.
Dalam buku Fundamental Keperawatan (Potter& Perry, 2006) terdapat beberapa pendapat tentang definisi nyeri, diantaranya:
a)      Menurut McCaffery (1980) nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.
b)      Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri (Clancy dan McViar, 1992)
Sedangkan menurut The International Association for the Study of pain  dalam April (2011) mendefinisikan bahwa nyeri merupakan pengalaman emotional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukan adanya.
2.      Jenis-jenis Nyeri
Dalam Judha (2012), Price & Wilson (2005) mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau sumber, antara lain:
a)      Nyeri Somatik Superfisial (Kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superficial kulit dan jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai penyengat. Tajam, meringis atau seperti terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.
b)      Nyeri Somatik Dalam
Nyeri somatic dalam mengacu kepada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah sekitarnya.
c)      Nyeri visera
Nyeri visera mengacu pada nyeri yang berasal dari organ –organ tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri somatic dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan peradangan.
d)     Nyeri Alih
Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain.
e)      Nyeri Neuropati
Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang merugikan dari system saraf tepi (SST) ke stem saraf pusat (SSP) yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropati menderita akibat instabilitas system saraf otonom (SSO). Dengan demikian, nyeri sering bertambah parah oleh sress emosi atau fisik ( dingin, kelelahan) dan mereda oleh relaksasi.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Perry & Potter (2005) dalam Judha (2012), antara lain:
a)      Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
b)      Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu factor dalam mengekpresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita, akan tetapi toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh factor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
c)      Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mmpengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Menurut Clancy dan McVicar (1992) mengatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.
d)     Makna Nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman atau tantangan.
e)      Perhatian
Perhatian yng meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri menurun. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khusunya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu pengalihan.
f)       Ansietas
Price ( Cit Perry, Potter 2005) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistim limbik dapat memproses reaksi emosi  khususnya ansietas.
g)      Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
h)      Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan dating. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul, dan juga sebaliknya. Akibatnya klien lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri.
4.      Tanda dan Gejala Nyeri
Menurut Judha (2012), tanda dan gejala nyeri bermacam-macam, diantaranya:
a)         Suara
1)      Menangis
2)      Merintih
3)      Menarik / menghembuskan nafas
b)      Ekspresi wajah
1)      Meringis
2)      Menggigit lidah, mengatupkan gigi
3)      Dahi berkerut
4)      Tertutup rapat / membuka mata atau mulut
5)      Menggigit bibir

c)      Pergerakan Tubuh
1)      Kegelisahan
2)      Mondar mandir
3)      Gerakan menggosok berirama
4)      Imobilisasi
5)      Otot tegang
d)     Interaksi sosial
1)      Menghindari percakapan dan kontak social
2)      Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
3)      Disorientasi waktu
5.      Proses fisiologi / phatofisiologi nyeri
Dalam Judha (2012), dijelaskan proses fisiologi / phatofisiologi nyeri meliputi:
a)      Mekanisme neurofisiologik nyeri
Menjelaskan bahwa proses fisiologik nyeri terdapat empat proses tersendiri: tranduksi , transmisi, modulasi dan persepsi. Tranduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehinga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran implus dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur  saraf desendens dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis. Modulasi juga melibatkan factor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan di reseptor nyeri aferen primer. Jadi persepsi nyeri adalah penglaman subyektif yang bagaimanapun juga dihasilkan  oleh aktivitas tranmisi atau saraf.
Adapun proses terjadinya nyeri menurut Lindamen & Athie adalah dimulai ketika bagian tubuh terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin atau kekurangan oksigen pada sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam subtansi intraselluler dilepaskan ke ruang ekstraselluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Saraf ini akan merangsang dan bergerak sepanjang serabut saraf atau neurotransmisi yang akan menghasilakan austansi yang disebut dengan neurotransmitter pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri.
b)      Tranmisi Nyeri
Reseptor nyeri (Nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak. Sedangkan viseroreseptor adalah reseptor nyeri yang berada pada daerah sendi, otot skeleton, fasia, tendon dan kornea juga mempunyai potensi untuk menstransmit stimulus nyeri. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local, sel-sel most, folikel rambut dan kelenjar keringat. Serabut  reseptor nyeri pada kulit akan menyebabkan hubungan viseral dari serabut yang sama, hal sebaliknya juga terjadi. Stimulus kuat pada serabut cabang visceral dapat mengakibatkan vasodilatasi dan nyeri pada area tubuh yang berkaitan dengan serabut tersebut dan hasilnya disebut nyeri alih.
c)      Kornu dorsalis dan aras asenden
Kornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori.
6.      Pengkajian Nyeri Persalinan
Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain:
a.       Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
b.      Karakteristik nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama / periodenya (terus menerus, hilang, timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial atau bahkan seperti digencet).
Karakteristik nyeri dapat dilihat berdasarkan PQRST yaitu:
1)         P (provocate), tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan factor psikologinya karena bisa terjadi nyeri hebat karena dari factor psikologis bukan dari lukanya.
2)         Q (quality), kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superficial, atau bahkan seperti digencet.
3)         R (Region) untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukan semua bagian /  daerah yang dirasakan tidak nyaman.
4)         S (Severe) tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh penderita karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri.
5)          T (Time) tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai timbul adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.

:


1 komentar:

  1. Sertakan refenesinya dong min, Akan lebih bagus jika ada referensi supaya hasilnya terpercaya

    BalasHapus