Jumat, 04 Oktober 2013

Faktor yang mempengaruhi Kualitas Tidur

Menurut Perry & Potter (2005), faktor fisik yang mempengaruhi kualitas tidur pada anak yaitu:
1.      Faktor fisik meliputi:
a.       Asupan makanan dan minuman
Orang tidur lebih baik ketika dalam keadaan sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik dan dapat meningkatkan kualitas tidur karena tidur sangat dipengaruhi oleh asupan makanan dan minuman. Makanan berat atau berbumbu pada saat makan malam dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan yang mengganggu tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia, makanan yang sering menyebabkan insomnia pada anak-anak meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan, telur, ikan laut dan ragi (Hauri dan Linde, 1990 dalam Potter dan Perry, 2005).
Makan makanan kecil yang ringan sebelum pergi tidur sebenarnya mendukung tidur, terutama jika anda memasukkan kebiasaan ini kedalam rutinitas sebelum tidur. Kombinasi ringan karbohidrat dan protein, seperti keju dan kue kering adalah baik. Namun demikian, aspek yang mendukung tidur dari makanan ringan ini lebih bersifat psikologis dari pada biologis. Makanan ringan anda sebelum tidur berfungsi sebagai bagian dari ritual sebelum tidur, seperti menggosok gigi.
Vitamin dan senyawa kimia tertentu dapat memberikan sedikit efek yang mendukung tidur. Sehubungan dengan vitamin dan mineral, kekurangan vitamin atau mineral tertentu cenderung menyebabkan gangguan tidur. Vitamin dan mineral ini dapat digantikan dengan mengkonsumsi tablet multivitamin setiap hari. Kebutuhan multi vitamin dapat diperoleh dari buah dan sayuran (Currie dan Keith, 2006). Itulah alasan mengapa kita perlu sekali makan dengan diet yang seimbang mencakup vitamin dan mineral berikut ini :
1)      Magnesium, 350 mg/hari.
2)      Calsium, 800 mg/hari.
3)      Vitamin B3 (Niacin), 75 mg/hari.
4)      Vitamin B12, 2 mikrogram/hari.
5)      Asam folat, 2-5 mg/hari.
Menurut the nasional slip SleepFoundation (NSP), makanan dan minuman tinggi kafein dapat menyebabkan anak-anak dan orang dewasa sulit tidur. Orang tua sering kali tidak menyadari jumlah kafein yang terkandung dalam es teh, minuman bersoda, coklat dan berbagai makanan lain yang sering di konsumsi anak-anak, sehingga tidak mengejutkan jika banyak anak yang mengalami kesulitan tidur pada malam hari. Selain itu sebaiknya konsumsi minuman dibatasi hingga 90 menit sebelum tidur agar tidur tidak terganggu oleh keinginan untuk buang air kecil pada malam hari, karena tubuh kita membutuhkan waktu 90 menit untuk memproses cairan (Zainal, 2005).
Kebanyakan orang percaya kafein adalah zat yang relatif tidak berbahaya. Sehingga mereka tidak menyadari kandungan kafein pada banyak produk minuman dan makanan yang dapat mempengaruhi tidur pada seseorang. Jumlah kafein dalam produk-produk minuman dan makanan bervariasi, tetapi rata-rata kandungan kafein adalah sebagai berikut :
1)      Secangkir (140 ml) teh seduh = 40 mg kafein
2)      Cokelat panas (140 ml) = 6 mg kafein
3)      Minuman jenis Coca cola = 45 mg kafein
Efek kafein pada tidur sudah terkenal. Kafein adalah perangsang mengaktifkan sistem saraf pusat, yang membuat seseorang merasa lebih waspada dan terjaga. Kafein mengganggu tidur dengan meningkatkan jumlah waktu untuk jatuh tertidur dan mengurangi jumlah waktu tidur. Pada anak satu cangkir kopi, teh, atau coca cola di malam hari cukup bisa mengacaukan proses tidur normal. Rata-rata dibutuhkan 3-7 jam untuk melenyapkan kafein dari tubuh (Currie dan Keith, 2006).
Sebuah penelitian pada tahun 1934 melihat hubungan antara berbagai makanan dan tidur pada anak-anak dan menyimpulkan bahwa makanan yang dimakan terakhir sebelum tidur memang mempunyai efek tertentu dalam kualitas tidur. Makanan yang sulit dicerna maupun makan normal menyebabkan lebih banyak gangguan tidur dari pada makan malam yang ringan dan susu (Haslam, 1998).
b.      Penyakit
Penyakit dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berubah di luar batas-batas normal. Semua sel dalam tubuh membutuhkan sejumlah oksigen dan zat makan tertentu bagi kelanjutan hidup dan fungsi mereka dan juga memerlukan lingkungan yang menghasilkan batas-batas suhu yang sempit, kandungan air, keasaman, juga keadaan internal yang tetap itu merupakan ciri penting dari tubuh yang normal (Price, 2001).
Penyakit dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada seseorang, sehingga orang akan mengalami kesulitan untuk tidur dan mempertahankan tidurnya. Selain itu irama tidur dan bangun yang normal sering terganggu. Penyakit dapat menurunkan kemampuan untuk tidur (Potter dan Perry, 2005). Penyakit yang biasa terjadi pada anak antara lain batuk,influensa dan demam. Batuk bisa jadi merupakan gejala dari penyakit yang dideritanya, seperti asma, alergi atau flu, untuk mengatasi masalah ini adalah gendong anak dan usahakan agar posisi kepala lebih tinggi dari kaki, beri minum agar tenggorokan lebih nyaman. Influensa adalah salah satu penyakit yang menyebabkan anak susah tidur, hidung meler terus atau tersumbat, sehingga ia susah bernafas (Rahayu, 2006).
Faktor obat-obatan juga sangat berpengaruh terhadap istirahat tidur seseorang, dalam ini obat yang dimaksud adalah obat tidur. Beberapa obat-obatan dapat berpengaruh terhadap tidur. Obat-obatan yang diresepkan untuk membantu tidur sering kali menyebabkan lebih banyak masalah dari pada manfaat. Orang yang tua sering menggunakan kombinasi bermacam obat untuk mengatasi penyakit kronis, dimana efek dari obat tersebut dapat mengganggu tidur. Obat-obatan seperti beta bloker dan digoxin dapat menyebabkan insomnia dan terbangun dari tidur (Potter dan Perry, 2005).
c.       Lingkungan
Lingkungan merupakan suatu keadaan atau kondisi baik bersifat positif atau negatif yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur. Faktor lingkungan merupakan suatu faktor yang dapat membantu atau mengganggu tidur seseorang, lingkungan yang dapat membantu tidur adalah lingkungan rumah sendiri, karena individu sudah terbiasa dengan situasi di sekitarnya. Keakraban dengan lingkungan merupakan faktor yang penting khususnya dalam mempertimbangkan kebiasaan tidur. Hal ini di buktikan dengan sedikitnya orang yang dapat tidur nyenyak pada malam pertama di suatu lingkungan yang baru.
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap istirahat tidur seseorang yaitu ruangan, cahaya, temperatur, tempat tidur, selimut, bantal, suara dan rutinitas tidur. Sebagian orang senang tidur dengan jendela dan gorden terbuka, pintu kamar terbuka sedikit atau tertutup dan ada yang tidur dengan orang lain. Pencahayaan juga sangat berpengaruh terhadap tidur, sebagian individu senang tidur dengan lampu dinyalakan, ada yang tidur dengan lampu kecil, dan ada pula orang yang tidur dengan lampu di matikan (Roper, 1996).
Suhu ruangan bisa mempengaruhi seberapa baik tidur kita. Misalnya, kebanyakan orang merasa sulit tidur dalam ruangan yang betul-betul hangat. Malam musim panas bisa menjadi kondisi yang parah untuk tidur, terutama jika sudah mengalami tidur yang buruk.suhu tinggi (di atas 800 F atau 300 C) semakin membuat kita sering terjaga dan mengurangi tidur gelombang lambat (Currie dan Keith, 2006).
Lingkungan mempunyai peran penting dalam hal tidur bagi anak. Tidur harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak. Kalau suasana lingkungan tidak nyaman, misalnya panas atau bising, bisa jadi anak akan ”membenci” kegiatan tidur. Agar anak cepat tidur, ciptakan suasana yang mendorong keinginannya untuk tidur. Misalnya bila waktu tidurnya sudah tiba, kenakan piyamanya dan ajak si anak ke kamar tidurnya. Lalu, ciptakan kondisi yang mendukung, seperti meredupkan lampu kamar dibuat senyaman mungkin (Rahayu, 2006).
2.      Faktor psikologis
Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan tidak menyenangkan  yang terjadi atas respon-respon psikofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang tidak riil atau yang terbayangkan secara nyata disebabkan oleh konfik intrapsikis yang tidak diketahui dan merupakan reaksi normal terhadap ancaman atau bahaya (Smeltzer, 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar